Ketua Peguyuban Pedagang Kaki Lima Harian (PKLH) MAS Suwaridi mengatakan, sebenarnya mereka tidak mengganggu pengendara. Mereka baru mulai membuka tenda-tenda biru sekitar pukul 15.00. Setelah selesai berjualan, mereka membersihkan kawasan tersebut pukul 21.00. "Tapi, kalau kecamatan punya pertimbangan lain, kami tidak tahu," papar dia.
Suwaridi menceritakan, peguyubannya merupakan binaan MAS. Karena itu, nama mereka PKLH MAS. Tiap bulan, semua menyetor infak hingga Rp 3 juta ke MAS. Infak tersebut merupakan kompensasi para PKL karena menempati lahan MAS di sisi utara.
Sekitar dua bulan lalu, paving pelataran sisi utara MAS diperpanjang. Akibat proyek tersebut, PKLH MAS harus angkat kaki. Akhirnya, mereka menempati jalan raya sisi barat MAS hingga kemarin. "Tanpa disurati pun, kami akan kembali (ke sisi utara MAS)," tambah Suwaridi.
Suwaridi menegaskan, kalau memang kecamatan menginginkan jalan sisi barat MAS bersih dari PKL, mereka harus konsekuen. Pria 53 tahun itu khawatir, sikap tegas kecamatan hanya terhadap PKL yang bertenda biru. Padahal, banyak PKL liar yang berjualan di antara PKLH MAS. "Yang liar itu juga harus dibersihkan biar adil," katanya.
Camat Nono mengatakan siap berembuk jika PKL menginginkan itu. ''Kami berupaya ada solusi baik untuk keindahan tata kota," katanya. Tetapi, Nono mengatakan tetap tegas terhadap PKL di sisi barat MAS. Seminggu setelah turun surat ketiga pada akhir pekan ini, kecamatan bakal bertindak tegas membersihkan area itu dari PKL. "Kami kembalikan lagi titik tersebut ke peruntukan semula sebagai jalan raya," ujarnya. (wan/c6/roz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar