GET Money here

CEK PAGERANK ANDA DI SINI

Check Page Rank of any web site pages instantly:
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Rabu, 30 Juni 2010

Kearifan Buku

Kearifan Buku yang "Bukan Buku"
AKHIR-akhir ini, pikiran saya tertuju pada derasnya naskah kumpulan tulisan yang minta diterbitkan. Saya sampai berpikir, apa penulis kita hanya mampu menulis yang pendek-pendek atau justru pembaca lebih menikmati buku dengan format seperti itu?

Akhirnya saya maklum, banyak sebab sebuah buku bisa laris. Tak selamanya disebabkan faktor intrinsik buku itu sendiri. Tak selamanya juga faktor-faktor penyebab itu jelas. Jeff Herman lewat buku Writer's Guide to Book 2000 mengatakan, "Tak ada patokan eksak apakah sebuah naskah akan jadi buku laris atau tidak." Jadi, industri buku bisa disebut sebagai industri feeling meski tetap saja perlu educated guess (dugaan rasional).

Saya benar-benar appreciate terhadap penerbit yang berani menerbitkan buku-buku kumpulan tulisan, kemudian bisa laku keras. Kenapa? Sebab, buku yang bukan buku seperti itu sebenarnya memiliki beberapa kelemahan. Selain umur tema sangat pendek, tak terhindarkan pengulangan-pengulangan. Karena itu, biasanya editor penerbit menutupnya dengan cara menyusun berdasar tema, memilah-milah, lalu memberinya pengantar yang menggerakkan.

Namun, ternyata banyak juga buku kumpulan tulisan yang tetap digemari orang. Meskipun, tema yang diangkat tidak up-to-date lagi. Bahkan, ada banyak pengulangan. Walaupun antarbab tidak gayut, pembaca tetap antusias membeli. Buku jenis itu biasanya merupakan kumpulan tulisan pengarang terkenal.

Bukankah sebagian buku karangan Dahlan Iskan, Hermawan Kartajaya, Emha Ainun Nadjib, Ary Ginandjar Agustian, dan Gede Prama merupakan kompilasi tulisan-tulisan yang tersebar di berbagai media? Terbukti, ketika diterbitkan menjadi sebuah buku, kumpulan tulisan tersebut sangat diminati pembaca. Mengapa?

Selain brand image pengarangnya demikian kuat, kematangan tulisan menjadi entry point. Bahkan, pembaca bisa merasakan kematangan sebuah buku. Membaca tulisan Emha, misalnya, kita serasa diajak untuk angop (menguap) berjamaah. Jeda sesaat di tengah hiruk pikuk kehidupan. Selesai membaca, kita sering dipaksa untuk tersenyum sambil termenung. Ciri khas tulisan Cak Nun -sapaan Emha- adalah menggabungkan rekaman peristiwa (fakta) dan catatan kaki (realitas) sebuah kejadian. Dia mencoba menyodorkan realitas ke depan pembaca. Bahkan, dengan cerdas dia berusaha menghadirkan kenyataan tersebut langsung ke pusat kesadaran pembaca. Saya kira, buku seperti itu sampai kapan pun tetap lengket dengan zaman. Betapa pun zaman telah berubah.

Demikian juga buku-buku kumpulan tulisan pakar sekelas Hermawan, pastilah sangat diminati praktisi bisnis dan akademisi. Meski beberapa bukunya merupakan kumpulan tulisan, pembaca tidak merasa kehilangan aktualitas dari tulisan guru marketing kelas dunia itu.

Kini saya tidak bisa lagi gegabah dalam menganggap buku kumpulan tulisan sebagai buku kelas dua. Apalagi, buku yang tidak utuh seperti itu pun bisa jadi best seller. Buku Sukses tanpa Gelar (1998), 10 Kiat Distributor MLM (2000), Berwirausaha dari Nol (2000), MLM di Era Internet (2000), dan Agar Menjual Bisa Gampang (2002) adalah deretan kumpulan tulisan pendek Andreas Harefa yang jadi best seller.

Sukses yang sama dialami buku serial Chicken Soup for the Soul yang disusun Jack Canfield dan Mark Victor Hansen. Buku serial tersebut berisi kisah-kisah yang sarat nilai kemanusiaan, yang merupakan sumbangan tulisan banyak penulis dari beragam latar belakang. Kisah-kisah itu muncul dengan gaya dan cita rasa masing-masing, tapi tetap ada benang merahnya.

Awalnya, tak ada satu pun penerbit yang mau melirik proposal buku Canfield dan Hansen itu. Tapi, pencinta buku sering punya logika berbeda dengan para penerbit pada umumnya. Kenyataannya, setelah diterbitkan, buku serial tersebut meledak di pasaran dan menjadikan kedua penulisnya nangkring di peringkat teratas dalam daftar pengarang paling top di Amerika Serikat versi New York Times dan USA Today.

Egaliter dan Empati

Umumnya, sebuah buku cenderung membahas suatu tema secara mendalam dan tuntas. Ibaratnya sumur, sempit tapi mendalam. Hal tersebut berbeda dengan buku kumpulan tulisan, yang ibarat telaga. Yakni, melebar tapi tidak terlalu mendalam.

Meski begitu, buku kumpulan tulisan bisa menjadi buku yang efektif. Mengapa? Pertama, buku kumpulan tulisan tidak bergegas memberikan solusi tuntas atas problem-problem yang kini dibahas. Bahkan, tak jarang buku jenis itu hanya berisi "letupan-letupan kecil". Buku Success, Healthy, Happiness (2010) yang ditulis Ali Murtadlo dan Tatik Suryani, misalnya, mencoba membahas berbagai hal. Tapi, dengan cerdas pembahasan tersebut tetap mempertimbangkan common sense pembaca, yang umumnya tidak suka membaca buku yang bertele-tele dan bikin puyeng.

Sisi arifnya, buku kumpulan tulisan biasanya mencoba untuk tidak menggurui, apalagi menghakimi. Buku jenis itu hanya berusaha membahasakan realitas ke hadapan pembaca. Hermawan pun selalu mengakhiri tulisannya dengan kalimat, "Bagaimana pendapat Anda?" Suatu pertanyaan yang mencerminkan sikap egaliter. Keegaliteran itulah yang membuat buku kumpulan tulisan selalu dapat diterima di berbagai lapisan dan golongan masyarakat.

Kedua, buku kumpulan tulisan mencoba berempati kepada pembaca. Sering penulis buku tersebut memosisikan diri sebagai bagian dalam kehidupan masyarakat yang tengah dikritisi. Bahkan, ada juga penulis menempatkan diri sebagai murid masyarakat. Misalnya, Cak Nun lewat buku Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki, saat memperbincangkan goyang Inul Daratista. Dia tidak hanya berhenti pada kontroversi goyang yang pernah menghebohkan itu, tapi juga ingin menunjukkan ketidakkonsistenan masyarakat dalam menghadapi sebuah gejala. Misalnya, melarang habis-habisan orang untuk korupsi, tapi jika dirinya kecipratan hasilnya, korupsi seakan-akan menjadi legal. Bagaimana menurut Anda? (*)

*) Mursyid Burhanuddin , general manager PT Je Pe Press Media Utama

Selasa, 29 Juni 2010

Diplomasi Sastra v Dominasi Kasta


PARA penulis dan pembuat film India adalah para diplomat sastra dan kebudayaan yang sebenarnya. Melalui karyanya, mereka membangun citra India di dunia. Industri film India menghasilkan tidak kurang dari 500 film per tahun. Semua bercerita tentang India, lengkap dengan kain sari warna-warni dan tarian kompaknya.

Saking gilang gemilangnya film-film India, penduduk India lebih dikenal orang-orang seantero dunia daripada penduduk negara lain. Tanya saja sembarang penduduk di pulau pelosok. Mungkin dia belum pernah melihat salah satu hasil karya terhebat perfilman Indonesia, Eliana Eliana. Tapi, tanyalah tentang film India. Penggambarannya pasti cocok. Shah Rukh Khan belum pernah menang Oscar, tapi namanya pasti lebih tenar daripada Sean Penn.

Berbagai film India, lengkap dengan tarian, nyanyian, dan tangisan hebohnya, memang sukses mencitrakan masyarakat India. Tapi, belakangan, karya yang ditampilkan lumayan berbeda. Tidak melulu berisi warna dan tawa. Berani menampilkan India yang lebih kumuh, kasar, gelap, dan miskin, itulah ciri khas baru karya film India. Ternyata, film itu diterima audiens dengan sukses.

Berani menampilkan India yang lebih suram. Hal itu juga ditemukan di berbagai karya sastranya. Karya sastra India mulai berkembang ke arah lebih kaya. Mungkin itu akan jadi babak baru dalam dunia sastra India karena nyatanya, India toh bukan wajah baru dalam sastra dunia. Jangan lupa, orang pertama Asia yang berhasil memenangi Nobel Sastra adalah orang India. Dialah Rabindranath Tagore yang memenangi Nobel pada 1913.

Sekarang era 2010. Tagore sudah lama pergi. Dunia sastra India sekarang dipimpin penulis-penulis muda ''blasteran''. Sebab, meski lahir sebagai orang India, kebanyakan mereka lahir, tumbuh, atau bermukim di luar India.

Misalnya, Arundhati Roy dan Jhumpa Lahiri. Karya kedua novelis itu diakui dunia. Lahiri bahkan pernah menang Pulitzer. Mereka adalah penulis-penulis India-Amerika. Pengalaman hidup di luar negaranya membuat mereka punya cara pandang berbeda terhadap negara mereka sendiri. Berbeda dalam makna positif. India versi mereka adalah sebuah negara yang menghadapi banyak masalah, namun memiliki kekuatan untuk menyelesaikan masalah itu dengan cara yang lebih logis daripada sekadar joget bersama, tentu.

Aravind Adiga adalah nama baru yang mengupas India dengan cukup berani dan berbeda. Kebobrokan moral para politikus sangat kental menghiasi berbagai halaman bukunya, The White Tiger. Novel pertama Aravind tersebut langsung menjadi winner book of the man booker prize.

Sebagai orang yang hidup di luar India -lahir di Madras namun dibesarkan di Australia-, Aravind cukup detail memotret setiap sudut kehidupan di kota metropolis Mumbai. Penggambarannya yang cukup mendetail tentang kondisi jalanan dan lalu lintas yang karut-marut bisa membuat kita sontak mencari kipas terdekat.

Kecermatan Aravind menggambarkan kondisi kota sama baiknya dengan kecermatannya menggambarkan manusia-manusia penghuni Mumbai. Golongan tajir yang berprofesi sebagai majikan, politisi korup, dan anggota dewan yang lebih korup adalah mereka yang menduduki puncak tertinggi hierarki sosial. Membuat teh untuk diri sendiri sudah merupakan tindakan hina dan tidak terhormat.

Berlebihan ya? Bagi kita, mungkin iya. Bagi mereka, itu hal biasa. Bukankah manusia tercipta ke dalam kasta-kasta sesuai dengan kewajibannya? Kasta pembuat teh akan diturunkan dari generasi ke generasi. Begitu pula kasta pembuat manisan. Atau, kasta penggembala.

Balram yang lahir dari kasta penarik rickshaw yang beruntung naik pangkat jadi sopir pribadi akhirnya berani menggugat nasib. Berani mengubah jalan hidup yang seolah sudah digariskan. Bila ada lebih banyak orang India seperti dia, mungkin sistem kasta tidak akan selamanya bercokol di negeri Taj Mahal itu.

Sudah pasti akan ada kekacauan sosial jika semua orang memberontak terhadap sistem kastanya. Saya yakin Aravind juga tidak berharap semua sopir menggorok leher majikannya dan membawa kabur uangnya, sebagaimana kisah utama dalam The White Tiger.

Spirit pemberontakan ala Balram memperkaya wajah India baru yang ditunjukkan kepada dunia. Sebagai diplomat, toh sudah tugasnya menceritakan keadaan di negaranya. Diplomat yang baik tentu tidak akan berbohong demi citra baik negerinya, bukan? Dan, novel ini merupakan diplomasi sastra melawan dominasi kasta. (*)

Judul Buku: The White Tiger

Penulis : Aravind Adiga

Penerbit: Andi Publisher

Cetakan: Pertama, 2010

Tebal Buku : 352 halaman

*) Lutfi Rakhmawati , pencinta karya sastra India, alumnus Hubungan Internasional Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Senin, 28 Juni 2010

Memetik Pengalaman dari Konflik Politik

[ Minggu, 16 Mei 2010 ]

KEKUASAAN dan sengketa politik serupa dua sisi sekeping koin. Tamsil itu bukan kenyataan kekuasaan ideal, tapi demikian realitas yang terjadi. Bahkan, tikai politik dianggap identik dengan kekuasaan. Tiada kekuasaan tanpa ketegangan politik dan tak ada konflik politik tanpa tujuan kekuasaan.

Sengketa politik merupakan pengalaman yang memberikan pelajaran nyata. Kadar mutu pelajaran yang diperoleh dari pengalaman itu bergantung pada sejauh mana mendalami dan memahaminya.

Buku ini mengelola pengalaman itu secara ketat-kritis melalui alat-alat teoretis-akademis sehingga keilmiahannya bisa dipertanggungjawabkan dan bisa diuji bersama. Buku ini berisi uraian cerita dan analisis teoretis tiga sengketa politik pada masa kekuasaan negara Orde Baru: Malari (1974), Petisi 50 (1980), dan Peristiwa Tanjung Priok (1984).

Tiga konflik politik itu terdeskripsikan kronologis dan anatominya serupa cerita yang dilengkapi bagan dan peta tempat peristiwa serta dokumen mengenainya. Semua itu diteropong serta dirumuskan melalui teori Nicos Poulantzas dan teori Peter Evans.

Poulantzas dan Evans adalah dua pemikir negara berkembang setelah Perang Dunia II. Poulantzas menolak negara instrumentalis model marxis ortodoks dan menawarkan model negara-organis. Sedangkan Evans menggagas negara struktural. Bagi Evans, dominasi negara merupakan persekutuan negara dan borjuasi nasional yang melibatkan faktor modal asing.

***

Bagaimanakah gambaran tiga peristiwa konflik politik itu?

Gerakan Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) merupakan aksi mahasiswa dan massa menolak lawatan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka. Aksi itu menimbulkan huru-hara dan perusakan-perusakan fisik berskala luas di Jakarta yang mengakibatkan kematian belasan orang dan penangkapan ratusan tokoh oleh tentara. Aksi tersebut, antara lain, didasari antidominasi modal asing (terutama Jepang), pemusatan sumber ekonomi penting di tangan militer, dan marginalisasi masyarakat. Aksi itu merupakan klimaks perbenturan kritisisme masyarakat dengan kinerja ekonomi dan politik negara.

Dampak sosial terbesar dari Malari adalah penodaan citra dan peran politik mahasiswa dan massa sehingga diberlakukan depolitisasi dalam bermasyarakat dan bernegara serta pemberedelan beberapa media massa akibat pemberitaan peristiwa itu.

Peristiwa Petisi 50 bermula dari ''Pernyataan Keprihatinan'' yang ditandatangani 50 tokoh terkemuka yang menanggapi, mengkritik, dan menggugat pidato tanpa teks Presiden Soeharto saat Rapim ABRI di Pekanbaru (27 Maret 1980) dan sambutan Presiden Soeharto pada Hari Ulang Tahun KOPASSANDHA di Cijanjung, Jakarta, 16 April 1980. ''Pernyataan keprihatinan'' itu juga mendesak para pejabat DPR dan MPR menanggapi pidato-pidato presiden tersebut. Akibatnya, para penanda tangan Petisi 50 mengalami ''represi halus'', misalnya pencabutan hak-hak sosial-ekonomi mereka.

Para penanda tangan Petisi 50 berasal dari kalangan nasionalis, agama, dan ABRI (kini TNI, Red). Peristiwa Petisi 50 membuat antarelite yang berpengaruh di masyarakat berkonfrontasi dan menumbuhkan ''oposisi terorganisasi'' yang sebelumnya belum mengemuka.

Pada 12 September 1984, terjadi kerusuhan dan kekerasan bersenjata dalam Peristiwa Tanjung Priok. Peristiwa itu melibatkan massa dan tentara yang menimbulkan kematian, penangkapan, dan kerusakan infrastruktur di sekitar Tanjung Priok. Konflik itu tersulut kegalauan umat Islam akibat negara mencanangkan asas tunggal Pancasila sebagai ideologi formal. Konflik tersebut juga terpicu situasi marginal masyarakat Tanjung Priok secara sosial-ekonomi.

Setelah peristiwa itu, Orde Baru mengabaikan eksistensi ideologi informal dan mewajibkan organisasi masyarakat dan organisasi sosial-politik menganut asas tunggal Pancasila. Juga, terjadi depolitisasi, institusionalisasi, dan de-ideologisasi demi memantapkan rezimentasi negara Orde Baru.

***

Buku ini merupakan studi yang menunjukkan pola, arah, dan efektivitas manajemen konflik politik negara Orde Baru menghadapi tiga sengketa politik itu. Singkatnya, negara Orde Baru melakukan ''dis-manajemen''. Negara Orde Baru membuat konsensus politik semu dan ''pelatenan'' politik dalam mengelola konflik-konflik politik itu. Dampak-dampak konflik politik tersebut ditekan ke bawah permukaan oleh negara.

Faktor-faktor yang melatari model manajemen konflik politik itu, antara lain, negara yang hegemonik-otoriter, memaksimalkan peran aparatur negara yang represif, melemahkan borjuasi nasional, dan melakukan alienasi politik.

***

Foto peristiwa dan tokoh/pelaku konflik-konflik politik itu bisa memperlengkap bahan kesejarahan dan lebih menghidupkan ingatan pada tiga konflik politik tersebut, tapi sayang tak tersaji dalam buku ini. Mengapa hanya mengungkap tiga peristiwa konflik politik itu?

Semasa Orde Baru, ada peristiwa konflik politik lain, seperti Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) Anwar Warsidi di Lampung, gerakan separatisme di Aceh yang memunculkan DOM (Daerah Operasi Militer), maupun peristiwa Santa Cruz di Timor-Timur.

Terlepas dari ketaksempurnaan itu, buku ini adalah sampel istimewa upaya merekam dan menganalisis ''sebagian'' konflik politik di masa Orde Baru. Konflik-konflik politik di masa Orde Baru masih perlu ditelusuri lagi agar catatan mengenainya kian komplet sehingga tak terlupakan akibat ketaktercatatan.

Tujuan buku ini bukan membuka luka lama atau mengungkit-ungkit peristiwa tragis di masa lalu. Kehadiran buku ini menjaga ingatan kolektif agar konflik-konflik politik di masa silam tak terulang dan memberikan kedalaman pemahaman terhadapnya agar masa depan tak lagi dirundung tragedi serupa. Ingatan dan pemahaman itu menjadi modal merumuskan cara menghadapi dan menangani konflik politik yang lebih demokratis. Bukankah salah satu hakikat demokrasi adalah mengelola ketegangan-ketegangan politik? (*)

Judul Buku: Konflik, Manipulasi dan Kebangkrutan Orde Baru

Penulis: Eep Saefulloh Fatah

Penerbit: Burungmerak Press, Jakarta

Cetakan: Pertama, 2010

Tebal: xix + 402 halaman

*) Binhad Nurrohmat, penyair, civitas academica STF Driyarkara, Jakarta

Minggu, 27 Juni 2010

Buku Baru


SALESBURST!!

Patrick Evans, MIC Surabaya, Maret 2010 (Marketing)

OBAMA DARI ASISI

Damien Dematra, GPU Jakarta, 2010 (Novel)

PENJARA

Ahmad Taufik, Ufuk Jakarta, Mei 2010 (Kisah Nyata)

SUFI NYENTRIK & MISTERI KOTA TERLARANG

Nugraha Wasistha, Dastan Books Jakarta, Mei 2010 (Legenda)

WAN OJI SUDAH PINDAH RUMAH

Nurhady Siirimorok dan Puthut E.A., Remdec, Januari 2010 (Kumpulan Esai)

PANDUAN MENJADI MUBALIGH KONDANG

M. Thobroni, Pinus Jogjakarta, Mei 2010 (Religiusitas)

TANPA TUTUP

Maria Dominique, Rene Publisher Jakarta, April 2010 (Populer)

MAFIA & GANGSTER AMERIKA

Ibnu Teguh W., Karta Media Jogjakarta, Mei 2010 (Populer)

30 PEMAIN BOLA PALING KONTROVERSIAL

Suryo Sukendro, Manika Books, Mei 2010 (Olahraga)

KEAJAIBAN SAINS ISLAM

Haji Lalu Ibrahim M. Thayyib, Pinus Jogjakarta, Mei 2010 (Spiritualisme)

KITAB SEKS LELUHUR JAWA

Budiono Hadi Sutrisno, Eule Book Jogjakarta, April 2010 (Filosofi Jawa)

PARA INTELIJEN PELINDUNG YAHUDI

J.W. Lotz, Pustaka Radja Jogjakarta, Mei 2010 (Sosial)

YESUS

Walter Wangerin, Kanisius Jogjakarta, Mei 2010 (Novel)

SAYA DAN MAS HARTO, MEMOAR ROMANTIKA PROBOSUTEDJO

Alberthiene Endah, GPU Jakarta, 2010 (Memoar)

THE SECRET OF DAJJAL

Ahmad A. Suci, Wahyu Media Jakarta, Juni 2010 (Zionisme)

ANAK-ANAK PELURU, KISAH KELAM PARA TENTARA ANAK

Hery Sudiono & Rini Rahmawati, MataPadi Presindo 2010 (Perang)

RAHASIA AJARAN MAKRIFAT KEJAWEN

Agus Wahyudi, Narasi Jogjakarta, Mei 2010 (Kejawen)

THE COLLAPSE OF LEHMAN BROTHERS

Lawrence G. McDonald & Patrick Robinson, Ufuk Jakarta, Mei 2010 (Skandal Keuangan)

Sabtu, 26 Juni 2010

Menikmati Eksotisme Rusia

[ Minggu, 13 Juni 2010 ]

''DI perberhentian stansia Teatral'naya, lelaki muda itu turun. Di tempat penungguan penumpang, perempuan cantik semampai telah menantinya. Mawar merah pun dihadiahkan sang lelaki kepada sang perempuan. Selanjutnya mereka pun berpelukan dan berciuman; romantis dan seksi.'' Begitu, antara lain, ungkap penulis buku ini dalam bab Romantisme Pergaulan.

Bagi warga Rusia, begitu ungkapan berikutnya, bunga adalah gambaran hati. Bunga adalah simbol cinta, kasih, dan sayang. Tidak ada yang lebih agung daripada sebuah bunga yang menyuarakan hati terdalam dari seseorang untuk sang pujaan. ''Adalah hal yang lebih indah dari sebuah bunga?'' tanya Natalia, gadis Rusia.

Di halaman lain, penulis menggambarkan pengalaman pertamanya masuk metro (kereta api bawah tanah) di Moskow, tempat 7 juta warga memanfaatkannya setiap hari. Setiap penumpang harus menuruni eskalator pada kisaran 30-40 meter. ''Curamnya minta ampun. Ada dua eskalator menuju bawah dan dua lainnya ke atas. Saat mau turun, waow... para penumpang yang ada di bawah kelihatan cebol-cebol. Goyangan tangga berjalan ini membuat setiap orang harus berpegangan,'' tulisnya.

Nasionalisme dan kepercayaan diri warga Rusia? Jangan tanya soal itu. Dalam soal bahasa, misalnya, orang Rusia sangat bangga. Mayoritas mereka bangga jika bahasanya digunakan orang asing, apalagi yang tinggal di negerinya. Hampir semua orang Rusia, lebih-lebih generasi tuanya, enggan bicara dengan bahasa asing. Meski mereka bisa berbahasa Inggris, Spanyol, atau Prancis, tapi ketika bertemu dengan orang asing mereka selalu bicara dengan bahasa Rusia. Mereka tidak mau tahu orang asing itu mengerti bahasa Rusia atau tidak. ''Ini Rusia,'' kata Natalia, guru bahasa Rusia.

Citra tentang Rusia bagi orang Indonesia mungkin cenderung negatif. Maklum, selama puluhan tahun Rusia dipersepsikan sebagai ''negara komunis'', musuh besar Indonesia. Bahkan, setelah lama komunisme ambruk. Tapi, buku ini bisa menghilangkan citra itu.

Boleh jadi, ada yang berpikir, Rusia adalah negeri yang bangkrut dan memiliki masa depan suram. Pandangan itu jelas keliru. Sebagai gambaran, pada 2008 GDP Rusia mencapai USD 2.225 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 6 persen dan surplus perdagangan USD 97,6 miliar. Selain itu, negara yang tidak punya utang tersebut memiliki cadangan devisa sebesar USD 386,6 miliar dan dana stabilisasi USD 221 miliar. Penghasilan per kapita penduduknya sekitar USD 11.000!

Dua penulis buku ini, M. Aji Surya (seorang diplomat) dan Khoirul Rosyadi (mahasiswa program doktor di Moskow), menyuguhkan kisah-kisahnya dengan kaya warna. Termasuk kisah tentang hubungan muda-mudi di Rusia dan makna minuman vodka bagi masyarakatnya. Pembaca pasti akan senyum-senyum sendiri saat membaca buku ini.

Memang, Rusia bukan negeri tanpa cacat. Di tengah merasuknya sistem dan gaya hidup kapitalis di negeri itu, jutaan rakyat Rusia masih tersaruk-saruk. Sebagian mereka pun memimpikan kembalinya sistem ekonomi komunis, saat mereka menikmati berbagai subsidi. Sekolah gratis, rekreasi setiap tahun dibayari, dan tidak ada masalah kesehatan.

Namun, Rusia tetaplah negeri yang sangat menarik. Termasuk sebagai alternatif tujuan untuk menuntut ilmu bagi para calon mahasiswa. Menurut penulis buku ini, pilihan pada Rusia bisa menjadi alternatif jawaban bagi peta pembangunan Indonesia sekarang yang timpang; positivistik, kapitalistik, dan dehumanistik.

Digambarkan pula sisi-sisi unik pendidikan Rusia, seperti patriotisme. Bagi Rusia, patriotisme adalah sisi penting untuk membangun kekuatan jati diri sebuah negeri. Semua mahasiswa asing maupun dalam negeri wajib mengambil mata kuliah sejarah Rusia, belajar bagaimana Rusia menang melawan Hitler, menekuk ekspansi Mongol, dan sebagainya. Para mahasiswa juga wajib mengunjungi museum-museum. Dengan demikian, mereka belajar mencintai dan merasa bangga atas ke-Rusia-an. Indonesia bisa belajar dari Rusia, kata penulis buku ini.

Dalam mengungkapkan kisah-kisahnya yang terangkai dalam 28 bab, kedua penulis tidak sekadar menjadi pelukis. Mereka menyisipkan pandangan dan pikiran mereka. Saat berkunjung ke rumah tua peninggalan pengarang terkemuka Leo Tolstoy, misalnya, penulis sangat terkesan. Di depan pintu rumah, terdapat kutipan kata-kata Tolstoy: ''Selamat datang kawan, selamat datang di rumah kami, nikmati apa yang ada. Perkenalkan kami.''

Kisah Tolstoy memang menarik. Lahir dari keluarga ningrat kaya raya yang memiliki ribuan hektare tanah, Tolstoy akhirnya meninggalkan dunia tuan tanah dan melepaskan ratusan petaninya. Dia memilih jalan sunyi, menjadi pengarang, jalan yang jauh dari tepuk tangan dan sanjungan duniawi.

Di rumah warisan yang jadi tujuan banyak wisatawan itu, Tolstoy tampak amat memperhatikan pendidikan 13 anaknya. ''Aku akan bahagia jika engkau bagus dalam pendidikanmu,'' seru Tolstoy yang terdengar samar dalam rekaman yang selalu diputar setiap ada tamu yang berkunjung ke rumah tuanya. Suara itu merupakan petuah sekaligus harapan Tolstoy terhadap anak-anaknya. Harapan tentang peradaban yang dibangun di atas dunia pendidikan.

Sebuah buku yang sangat menarik dan enak diikuti. Buku yang akan lebih menyadarkan bahwa Rusia adalah negara terbesar di dunia. Bisa dibayangkan bila Indonesia, negara paling besar di belahan bumi selatan, bisa lebih bersahabat dengan Rusia. (*)

Judul Buku: Vodka, Cinta, dan Bunga

Penulis: M. Aji Surya dan Khoirul Rosyadi

Penerbit: Jaringpena, Surabaya

Cetakan: Pertama, 2010

Tebal: xviii + 253 halaman

*) Djoko Pitono , jurnalis dan editor buku, tinggal di Surabaya

Jumat, 25 Juni 2010

Eh, Aku Nebeng Boleh Yaa...

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]

SUDAH nonton film A-Team? Salah satu tokohnya, Baracus, punya kemampuan menyetir di atas rata-rata. Dia bisa mengendarai mobilnya dengan sangat cepat meski berada di medan berpasir tebal. Wah, dengan kemampuan nyetir sehebat itu, dia kelihatan keren banget deh.

Tapi, itu memang cuma ada di film. Dalam kehidupan nyata, nggak semua cowok bisa nyetir sehebat itu. Jangankan nyetir di daerah berpasir, nyetir di jalan raya aja masih sering oleng. Hehehe.

Buktinya, hampir separo (49,1 persen) responDet cewek menyatakan punya temen cowok yang nggak bisa nyetir kendaraan. Baik mobil (43,1 persen) maupun motor (33 persen). Kalau udah kayak gitu, cowok itu pasti nebeng orang lain (51,4 persen) atau dianter ortunya (30,3 persen). Akibatnya, para responDet cewek menganggap temannya itu penakut (30,4 persen) dan aneh (27 persen). Kita denger yuk cerita mereka.

Cerita pertama datang dari Hana Aini di SMA Muhammadiyah 9. Cewek yang gemar menulis puisi tersebut memiliki teman bernama Doni. "Gara-gara nggak bisa nyetir mobil, Doni jadi nebeng anak-anak terus," ucapnya.

Menurut cewek kelahiran 28 Desember 1995 itu, seorang cowok harus bisa menyetir mobil. Bahkan, Hana menganggap Doni cowok yang aneh. "Aku heran aja sama dia. Temen-temen lain udah pada belajar nyetir mobil, dianya ogah," ujar penyuka masakan Padang itu.

Ternyata nggak cuma Hana yang punya temen nggak bisa nyetir mobil. Rista Suci dari SMAN 22 juga punya temen bernama Andre yang nggak bisa nyetir mobil. "Biasanya dia dianter kakaknya. Kalau nggak gitu, ya ortunya," tutur cewek 14 tahun itu.

Gara-gara itu, Hana akhirnya menganggap Andre sebagai cowok yang aneh. "Padahal, Andre punya kakak cowok yang sering nganter dia pakai mobil. Tapi, dia malah nggak bisa nyetir. Aneh, kan?" ujar Rista sambil tertawa.

Lain halnya dengan Nadia Sagita. Cewek dari SMPN 9 itu juga punya temen yang nggak bisa nyetir, bahkan motor sekalipun. Temannya itu bernama Ardiansyah. "Gara-gara dia nggak bisa naik motor, terpaksa dia nebeng temen-temen kalau ke mana-mana," ceritanya.

Menurut Nadia, Ardiansyah termasuk tipe cowok penakut. "Sebenernya dia pengen belajar naik motor, tapi takut jatuh," ungkap Nadia.

Kalau teman Yuni Puspitasari ada yang trauma nyetir gara-gara pernah kecelakaan. "Waktu belajar, dia pernah nabrak pagar tetangga. Bagian depan motornya hancur. Sekarang dia nggak berani nyetir," kata siswi SMAN 14 itu. (daf/c13/fry)

Kamis, 24 Juni 2010

Perjalanan Karir Sheila Majid Memasuki Seperempat Abad

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]

Sheila Majid Rencana Konser Tunggal

JAKARTA - Tahun ini perjalanan karir penyanyi asal Malaysia Sheila Majid memasuki seperempat abad. Sebuah perjalanan yang menurut Sheila patut untuk dirayakan. Untuk itu, dia berencana menghelat konser tunggal pada 23 September mendatang di Plenary Hall, Jakarta Convention Center.

Jakarta dipilih sebagai tempat untuk merayakan momen penting karir penyanyi yang tenar pada 80-an itu. Malaysia, negara asalnya, justru mendapat giliran tahun depan. ''Jakarta memang tempat pertama yang saya pilih untuk merayakan 25 tahun perjalanan karir. Setelah Jakarta, selanjutnya Singapura. Keduanya akan dilakukan tahun ini. Kalau Malaysia, mungkin tahun depan,'' tuturnya saat ditemui di Bibliothique, Sampoerna Strategic, Jakarta, kemarin (21/6).

Memberi bocoran tentang konser yang diselenggarakan tiga bulan lagi itu, wanita kelahiran Kuala Lumpur, 3 Januari 1965, tersebut mengusung konsep intimate. Dia menjanjikan, tidak ada jarak antara dirinya dan penggemarnya di Indonesia.

Hal tersebut diperkuat pernyataan Armand Susanto, creative director dari TIS Communication, penyelenggara konsernya. ''Sheila selalu bilang, Indonesia is a home. Makanya, konser dia nanti berkonsep kediaman sang diva,'' tuturnya. ''Akan dibuat seolah penonton datang ke rumah Sheila dan berpesta di halaman belakang rumahnya,'' tambah Armand.

Tentang persiapan konser, wanita yang memulai karir menyanyi pada 1985 tersebut dan pihak penyelenggara sudah menentukan stage, penampilan, juga lagu-lagu yang akan dibawakan. Sebanyak 4 ribu tiket sudah disiapkan untuk dijual.

''Kami sudah bincang-bincang masalah itu semua. Saya senang, impian untuk merayakan konser bersama peminat-peminat di Indonesia akan terwujud September nanti,'' ungkap pelantun Antara Anyer dan Jakarta itu.

Disinggung mengenai penampilan, bungsu di antara delapan bersaudara tersebut menyatakan tidak akan terlalu glamor. Dia akan mengenakan tiga busana etnik rancangan Ghea Sukarya. Padahal, ketika menggelar konser di Malaysia pada awal tahun, Sheila mengenakan busana kebaya bertabur berlian yang diklaim termahal di dunia.

''Kebetulan, ketika itu saya mendapat kesempatan untuk mengenakan kebaya termahal didunia. Tapi, untuk konser September nanti, saya lebih menonjolkan diri dan lagu-lagu yang saya bawakan,'' terangnya.

Di 25 tahun karirnya, Sheila merasa bersyukur sekaligus belum merasa puas. Berkarir selama seperempat abad memang tidak bisa dibilang baru. Tapi, dia masih merasa harus menambah skill. ''Sampai sekarang saya masih grogi kalau mau naik panggung,'' ungkapnya. (jan/c13/ayi)

Rabu, 23 Juni 2010

MERR II-C Tahap II Target Selesai Akhir 2010


SUKOLILO - Proyek pembangunan Middle East Ring Road (MERR) II-C tahap II mulai dikerjakan. Proyek itu dikerjakan setelah sisa MERR II-C tahap I disempurnakan. Proyek tersebut akan tembus di pertigaan Jalan Arief Rahman Hakim.

Proyek yang dimenangkan kontraktor PT Fajar Parahiyangan itu ditargetkan selesai pada akhir 2010. Konstruksinya sama dengan MERR II-C tahap I.

Seharusnya, pembangunan dimulai pada awal Juni. Tepatnya, setelah penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara kontraktor dan pemerintah. Namun, sebelum melanjutkan pembangunan, kontraktor diminta menyempurnakan MERR II-C tahap I.

"Kami selesaikan jalan sepanjang 50 meter dulu. Tepatnya, di bekas bangunan Musala Nurul Hidayah," ungkap Sapril Rebono, pimpinan proyek MERR II-C tahap II.

Setelah menyempurnakan MERR II-C tahap I, kontraktor baru mengerjakan proyek lanjutan tersebut. Berdasar pantauan di lapangan, beberapa alat berat sudah dikerahkan. Lahan itu mulai diuruk tanah. Pengerjaan dasar jalan juga sudah terlihat.

Sapril menyatakan, pembangunan proyek lanjutan tersebut dimulai dari Jalan Nginden Semolo. Alasannya, lahan di sekitar jalan itu sudah dibebaskan. Selain itu, bentuknya berupa tanah.

Selama ini, lahan tersebut hanya bertutup anyaman bambu. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa akan dibangun jalan di kawasan itu. Sapril menuturkan, pengurukan sedang berlangsung. Menurut jadwal, butuh sebulan untuk menguruk lokasi tersebut.

Masalah berbeda dihadapi jika pengerjaan dimulai dari pertigaan Jalan Arief Rahman Hakim. Banyak fasilitas umum yang belum dibongkar. Salah satunya, papan reklame. Selain itu, banyak bangunan yang belum selesai dibongkar. ''Kondisi tersebut akan mengganggu realisasi fisik proyek itu,'' katanya. (upi/riq/c12/ttg)

Ditetapkan sebagai Tersangka, Ariel Belum Mau Mengaku


JAKARTA - Ariel sudah ditetapkan sebagai tersangka terkait dengan kasus peredaran video porno. Meski begitu, hingga saat ini pria bernama lengkap Nazril Irham, 28, itu belum juga membuat pengakuan yang menyatakan bahwa dirinya adalah sosok dalam video yang dimainkannya dengan Luna Maya dan Cut Tary itu.

''Pemeriksaan demi pemeriksaan terus kami lakukan. Kami ingin mencari bukti-bukti lain yang bisa membuat Ariel tidak mengelak lagi. Sebab, sampai sekarang dia belum mengaku. Tapi, kami memiliki bukti-bukti pendukung yang bisa menjerat dia menjadi tersangka,'' ungkap Kabidpenum Mabes Polri Kombespol Marwoto Soeto kemarin sore (23/6) saat ditemui di ruang kerjanya.

Namun, bagi polisi, pengakuan duda satu anak itu tidak terlalu penting. ''Kalaupun pengakuan langsung tidak bisa didapat, kami bisa mencari dari saksi-saksi dan temuan yang lain,'' lanjutnya.

Sejauh ini, temuan polisi baru mengenai hasil pemeriksaan fisik Ariel, Luna, dan Cut Tary, serta keterangan saksi dan saksi ahli. Selain itu, berdasar informasi yang diberikan Marwoto, dua orang yang diduga menjadi penyebar video porno juga sudah dimintai keterangan oleh Mabes Polri.

Yang sedang didalami lagi oleh penyidik adalah lokasi pembuatan video, proses pembuatan video, serta waktu pembuatan. ''Itu yang sedang dilacak. Apa dibuat di rumahnya dia (Ariel) atau LM (Luna Maya). Maka, keterangan dari tetangga maupun orang terdekat sangat diperlukan,'' jelasnya.

Pencarian bukti penting itu menjadi sulit bagi pihak yang berwajib karena video tersebut telanjur menyebar luas. ''Mencari tahu siapa yang pertama menyebarkan kan juga perlu waktu. Apalagi Ariel tidak kooperatif,'' tambahnya.

Sebenarnya, jika sudah didapatkan video asli beserta perangkat yang digunakan untuk menyimpan, metadata rekaman heboh itu bisa dilacak. ''Ya, tidak apa-apalah. Ini ujian buat polisi,'' ucapnya seraya tersenyum.

Lebih lanjut dia memberikan rekaan bahwa video yang diperankan Ariel dan Luna Maya itu bisa dilacak dari siaran televisi yang terlihat di video mesum tersebut. ''Kan, ada televisi 14 inci yang menyala di kamar itu. Coba perhatikan televisi tersebut menyiarkan peristiwa yang kejadiannya sekitar 2009-2010,'' tuturnya.

Tapi, itu baru dugaan sementara. Sebab, ketika awal video tersebut beredar, tersiar isu bahwa pembuatannya sekitar 2006. Selain itu, mereka akan mencari tahu, apakah video tersebut direkam oleh Ariel dan Luna Maya sendiri atau ada bantuan dari orang ketiga.

Untuk kronologi tersebarnya video tersebut, Marwoto mengatakan belum bisa membeberkan. ''Belum bisa dijelaskan kalau itu. Infonya, dia (Ariel) pernah kehilangan laptop atau handphone yang menyimpan video-video tersebut. Tapi, kan tidak ada laporan kehilangan dari Ariel,'' jelasnya.

Selanjutnya, Marwoto juga meralat pernyataan yang diungkapkan Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Zainuri Lubis pada Selasa (22/6) yang menyebut Ariel menyerahkan diri. ''Bukan begitu. Dia tidak datang, tapi dicari. Dijemput sama polisi pukul tiga dini hari karena dia tidak kooperatif. Ketangkapnya di daerah Bandung, Jawa Barat, dekat rumahnya,'' ungkapnya.

Sementara itu, kondisi Ariel dikatakan drop dan diperiksa dokter. Setelah dinyatakan resmi jadi tahanan, kekasih Luna Maya itu lantas mengenakan baju tahanan berwarna oranye. Tapi, sorenya Marwoto bilang bahwa dia sudah tidak memakai baju itu lagi. ''Tadi saya lihat dia pakai baju yang beda. Tidak oranye lagi,'' ujarnya. (jan/c6/ayi)

Mencoba Bertahan meski Berjauhan

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]

MENJALIN hubungan jarak jauh, tampaknya, tak nyaman dilakukan. Tetapi, Ayu, Indah, Mela, dan Devi berpasangan dengan pria yang tinggalnya berbeda kota. Bagaimana kisah mereka?

---

Sudah berapa tahun menjalani hubungan jarak jauh?

Indah: Kurang lebih sudah dua tahun. Dia tinggal di Jakarta.

Ayu: Aku sudah empat tahun ini menjalin hubungan jarak jauh. Dia ada di Jayapura.

Devi: Sama dengan Ayu, sudah empat tahun. Dia bule yang tinggal di negara lain.

Mela: Sejak awal menikah, berarti sudah tujuh tahun. Dia bekerja di luar negeri.

Kalau ada konflik, bagaimana menyelesaikannya?

Devi: Bergantung masalahnya. Kalau sepele, langsung diselesaikan. Tapi, kalau berat, perlu waktu sekitar seminggu untuk memikirkan dan menyelesaikan masalah.

Mela: Biasanya tak diemin dulu. Baru satu atau dua hari kemudian dijelaskan dan diselesaikan.

Indah: Saat itu juga harus langsung diselesaikan. Aku nggak suka masalah berlarut-larut.

Ayu: Kalau aku, didiemin dulu. Baru besoknya diselesaikan.

Apa yang biasanya membuat kalian bertengkar?

Indah: Pasanganku cuek. Jadi, aku suka kesal sendiri dengan sikapnya. Trus, sering marah-marah.

Devi: Kalau dia lagi fokus ke hobinya, aku dicuekin. Selain itu, kalau dia offline tapi kelamaan.

Mela: Dia orang yang sangat sibuk. Jadi, saya sering marah kalau dia tidak memberikan kabar.

Ayu: Sering bertengkar kalau SMS atau telepon nggak diangkat. Atau, mendadak pergi ke suatu tempat tanpa izin.

Berapa kali bertemu pasangan?

Mela: Satu sampai dua tahun sekali. Daripada uangnya untuk pulang, mending ditabung.

Indah: Sebulan sekali. Biasanya kami gantian datang ke kota masing-masing.

Ayu: Biasanya sebulan sekali. Tapi, kalau kangen ya langsung ketemuan.

Devi: Setengah tahun sekali.

Karena hubungan jarak jauh, pernah tertarik kepada seseorang?

Indah: Pernah suatu kali tertarik. Tapi, sebatas menyayangi sebagai teman. Nggak lebih.

Mela: Pernah, tapi sebatas teman.

Devi: Karena hubungan kami sudah serius, jadi kami berusaha untuk tidak tertarik kepada orang lain.

Ayu: Pernah sih. Tapi, ya selintas saja kagum kepada seseorang.

Apa alasan bertahan dengan hubungan jarak jauh?

Mela: Aku lebih pada masalah finansial untuk masa depan anakku. Sebab, gaji suamiku sekarang cukup besar untuk ditabung.

Devi: Karena dia worth it bagi saya. Dia punya inner beauty tersendiri. Setiap yang dikatakannya selalu ditepati.

Ayu: Setahun pertama sempat goyah. Namun, karena sudah cinta ya akhirnya bisa bertahan.

Indah: Komitmen awal sebelum berpacaran memang hubungan jarak jauh. Mau tidak mau ya harus menyadari.

Apa yang dilakukan kalau kangen tidak tertahankan?

Indah: Karena dia tinggal di Jakarta dan tidak terlalu jauh, aku langsung mendatangi pasanganku.

Ayu: Sama, aku langsung mendatangi pacarku kalau aku kangen berat.

Devi: Aku mendengarkan musik kesukaan pasanganku meski aku tidak suka. Yaitu, rock. Aku jadi bisa mengingat-ingat dia dengan lagu-lagu tersebut.

Mela: Aku biasanya lihat baju-baju dan foto-fotonya. Jadi, berkurang kangennya. (upi/c7/nda)

Indah Husnul Khotimah

(Indah)

Sidoarjo, 23 April 1980

Berpasangan

Sales Club House Puri Matahari

Devi Sukmawati

(Devi)

Malang, 1 Juli 1980

Berpasangan

English Teacher PT Newmont Sumbawa

Melani Novi

(Mela)

Surabaya, 14 Desember 1980

Menikah

Sales Club House Puri Matahari

Ayu Putri

(Ayu)

Surabaya, 7 April 1985

Berpasangan

Customer Service Nokia Care

Selasa, 22 Juni 2010

Kelompok Vincentius (KV) 71 Bahagia Bersama Guru

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]

"SAYA surprise melihat perkembangan sekolah tempat belajar saya dulu," ungkap Teddy Purwanto, koordinator Kelompok Vincentius (KV) Angkatan 1971, sambil geleng-geleng kepala. Matanya menjelajah seluruh areal SMPK St Vincentius yang kini memiliki bangunan megah dan bertingkat. ''Waktu saya sekolah dulu belum ditingkat seperti sekarang,'' lanjutnya.

Dulu, bangunan sekolah di Jalan Tidar tersebut hanya satu lantai. Soal fasilitas pun jauh berbeda. ''Benar-benar maju,'' kata pria 55 tahun itu.

KV '71, wadah silaturahmi para alumnus SMPK St Vincentius Angkatan 1971, mengadakan pertemuan Minggu lalu (20/6). Itu merupakan pertemuan rutin setiap tahun. Sudah sekitar 10 kali mereka mengadakan kegiatan minireuni, sesuai dengan usia kelompok berdiri. ''Minireuni karena tidak semua alumnus bisa datang,'' jelas bapak dua anak tersebut.

Meski bertajuk reuni, tidak ada acara hura-hura. KV '71 justru memilih kegiatan bermanfaat yang berarti bagi semua anggota. Mereka mengadakan kegiatan berbagi kasih dengan anak-anak Panti Asuhan Don Bosco. Para guru juga mendapat tali asih. ''Ada 14 guru yang hadir,'' katanya. Karena memiliki ''label'' mantan, suasana temu kangen sangat akrab. Tidak tampak suasana sebagaimana di dalam kelas yang tegang.

Vonny Rumambi yang juga menjadi koordinator menambahkan, pertemuan yang mereka lakukan dirancang jauh hari sebelumnya. Bahkan, jadwal ditetapkan berbulan-bulan yang lalu.

Sebab, banyak alumnus yang datang dari luar Surabaya. Misalnya, dari Jakarta dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan, ada alumnus dari luar negeri yang selalu menyempatkan diri bersua teman-temannya. Misalnya, Aida Limbowo.

Setiap tahun, wanita 54 tahun itu selalu hadir dalam acara reuni. Jauh-jauh hari dia memberitahukan kedatangannya ke Indonesia. Tujuannya, waktu pertemuan bisa disesuaikan dengan jadwal dirinya di tanah air. ''Sekitar enam bulan lalu contact teman-teman,'' ujarnya.

Menurut dia, acara kumpul-kumpul seperti itu sangat berarti. Saat mengenang masa sekolah, mereka merasa seperti anak-anak. ''Jadi seperti anak kecil lagi,'' sambung Nelly Linda Sondakh.

Kenangan tentang siapa yang nakal, pandai, serta paling cantik jadi terbuka. Hal-hal semacam itulah yang membuat pembicaraan makin gayeng. Suara tawa terdengar bersahut-sahutan. Diselingi sindiran-sindiran kecil yang menambah ramai keadaan. ''Sekarang kami sudah berbeda dibanding dulu. Lebih dewasa,'' imbuh Chandrawati. Apalagi, kini dia telah berstatus nenek seorang cucu.

Bahkan, fisik mereka telah banyak berubah. ''Yang biasa terjadi, dulu kurus sekarang jadi gemuk,'' ungkap Vonny. ''Kami berharap teman-teman yang lain bisa berkumpul dengan kami di sini,'' ujar Teddy. (may/c5/nda)

---

Tentang Kelompok Vincentius (KV) '71

KV adalah wadah berkumpul alumnus SMPK St Vincentius angkatan 1971 yang terbentuk sekitar sepuluh tahun lalu.

Kini ada 90 orang yang bergabung dalam kelompok tersebut.

Setiap tahun KV mengadakan pertemuan rutin, semacam reuni mini yang dihadiri sebagian besar anggota

Bukan sekadar reuni, mereka sering menapaktilasi ruang kelas.

KARENA lama tidak bersua, para guru yang pernah mendidik anggota Kelompok Vincentius (KV) '71 lupa w ...

Eksekusi Kebun Bibit Tak Bisa Diundur Lagi

[ Selasa, 22 Juni 2010 ]

SURABAYA - Rencana eksekusi Kebun Bibit terus bergulir. Kemarin (21/6) Pengadilan Negeri (PN) Surabaya mengadakan rapat koordinasi untuk memuluskan proses eksekusi yang bakal dilakukan pada 29 Juni itu. Pertemuan yang berlangsung 1,5 jam tersebut menyimpulkan bahwa eksekusi tak bisa diundur lagi.

Rapat itu diikuti berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan eksekusi. Antara lain PT Surya Inti Permata (SIP) sebagai pemohon eksekusi, yang diwakili direkturnya, Henry J. Gunawan, Polwiltabes Surabaya, dan Pemkot Surabaya yang diwakili camat Gubeng. Rapat tertutup tersebut merupakan yang kedua. Pertengahan Mei lalu, PN pernah menyelenggarakan rapat koordinasi yang sama. Namun, jadwal yang ditetapkan urung terlaksana karena Surabaya tengah punya hajatan besar, yakni pemilihan wali kota.

"Rapat koordinasi telah selesai. Hasilnya masih kami telaah untuk kami beberkan ke publik," kata Ade Komarudin, juru bicara PN Surabaya, kemarin. Rencananya, PN membeberkan teknis eksekusi Kebun Bibit Rabu mendatang (23/6).

Ade mengungkapkan bahwa setelah rapat tersebut, tak ada pertemuan susulan lagi yang membahas pelaksanaan eksekusi. "Sekarang tinggal menunggu waktu pelaksanaan. Koordinasi cukup sekali saja," katanya.

Ade sebelumnya pernah memaparkan bahwa pelaksanaan eksekusi sangat bergantung pada rapat koordinasi yang dilaksanakan dengan berbagai pihak. Nah, rapat kemarin, tampaknya, tak menggeser jadwal yang dikehendaki pengadilan.

Dia menambahkan, dari hasil rapat tadi, juga ada kesepakatan bahwa pihak keamanan bersedia mengamankan proses eksekusi. Ade menjelaskan, selama ini pemohon eksekusi mendapat beban untuk membayar biaya eksekusi. Namun, Ade tak mengetahui besaran nilainya. "Yang pasti, biaya itu sah ditarik oleh negara," katanya.

Sebelumnya Ketua PN Surabaya I Nyoman Gede Wirya menjelaskan bahwa PN Surabaya sudah mendengarkan pemaparan dari PT SIP (pemohon eksekusi) soal rencana pengelolaan pascaeksekusi. PT SIP menjanjikan bahwa koleksi flora dan fauna di kebun seluas 45 ribu meter persegi itu ditambah.

Pemohon juga akan melibatkan badan konservasi dan sejumlah ahli perkebunan untuk merancang pengelolaan kebun. "Kami sudah mendengarkan paparannya (pemohon eksekusi, Red) dan saya nilai baik," ucapnya.

Dalam putusan kasasi Mahkamah Agung (MA), juga ada perintah bahwa kebun harus tetap berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Nyoman mengingatkan, bila melihat indikasi bahwa PT SIP ingkar janji dalam proses pengelolaan, pemkot bisa menggugat balik. Sementara itu, Kepala Bagian Hukum pemkot Suharto Suwardoyo menjelaskan, perjanjian pemkot dengan PT Surya Inti (SIP) selaku penggugat terjadi pada 17 Februari 1998. Intinya, ketika itu pemkot memberi hak mengelola lahan seluas 45.000 meter persegi kepada PT SIP. Yaitu, berupa izin pemakaian tanah (IPT) di Kelurahan Barata Jaya. PT SIP memberi kompensasi Rp 160 juta tiap tahun kepada pemkot. ''Namun, ketika itu IPT belum dikeluarkan pemkot hingga sekarang," ujar pria yang akrab disapa Anang itu.

Sengketa hukum Kebun Bibit muncul ketika wali kota Sunarto Sumaprawiro membatalkan perjanjian tersebut pada 9 April 200. Itu lah yang memicu sengketa hukum antara PT SIP dengan pemkot. Pembatalan itu berdasarkan musyawarah dengan DPRD Surabaya karena kebun bibit berfungsi sebagai paru-paru kota. Dengan surat itu, maka perjanjian pada 17 Februari 1998 dinyatakan batal.

Namun, pada 19 Juli 2001, wali kota kembali mengirim surat ke DPRD Surabaya soal permohonan perubahan peruntukan tanah kebun bibit oleh pihak ketiga. Juga pemberian hak guna bangunan atas pengelolaan PT Floraya Indah Sentosa selama 30 tahun.

Tapi, surat permohonan itu kemudian dibatalkan sendiri oleh wali kota dengan mengirim surat ke DPRD pada 3 Agustus 2001. Pada

22 Agustus 200, wakil ketua DPRD Surabaya menyatakan dapat menerima pembatalan tersebut.

Dua bulan kemudian, tepatnya pada 4 oktober 2001, pemkot membuat perjanjian penyerahan penggunaan tanah dengan PT Floraya Indah Sentosa. Isi perjanjian antara lain; pertama, pemkot menguasai tanah hak pengelolaan Kebun Bibit dengan luasan lahan 30.000 meter persegi. Kedua, pemkot menyerahkan penggunaan tanah aset seluas 30 ribu meter persegi kepada PT Floraya Indah Sentosa. Dan pihak ketiga tersebut berhak memperoleh hak guna bangunan untuk 20 tahun. Ketiga, sebagai kompensasinya PT Floraya Indah Sentosa membayar ke pemkot Rp 1,45 miliar.

Namun, menurut Anang, perjanjian itu kemudian dibatalkan seiring dengan terbitnya Perda 7/2002 tentang ruang terbuka hijau. ''Bahwa, kebun bibit memang peruntukannya untuk ruang terbuka hijau. PT Floraya kemudian tidak mempermasalahkan hal itu," jelas Anang. Pada 23 April 2002, PT SIP mengirim surat ke Sekkota pemkot. Intinya, menagih penyerahan lahan Kebun Bibit untuk dikelola. Namun, pemkot tidak mengabulkan permohonan itu.

Puncak persoalan terjadi ketika pada 19 Desember 2002, PT SIP melalui kuasa hukumnya mengajukan gugatan melalui PN Surabaya dengan register pekara nomor 779/pdt.g/2002/PN Surabaya. Saat itu, pemkot dinyatakan sebagai tergugat 1 dan PT Floraya Indah Sentosa sebagai tergugat II.

Kemudian, pada 24 Juni 2003 PN Surabaya mengeluarkan amar putusan. Isinya antara lain berbunyi, menolak eksepsi tergugat I dan tergugat II seluruhnya. Kedua, mengabulkan sebagian gugatan penggugat. Ketiga, menyatakan tergugat 1 melanggar hukum. Keempat, menyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat surat perjanjian pada 17 Februri 1998 lalu antara pemkot dan PT SIP. Kelima, PN menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap surat perjanjian penyerahan penggunaan tanah pada 4 Oktober 2001. Keenam, menghukum tergugat 1 atau pemkot untuk menyerahkan hak untuk mengelola obyek sengketa kepada penggugat. Juga menghukum tergugat 1 untuk membayar uang paksa sebenar Rp 100 ribu setiap hari keterlambatan melaksanakan putusan ini.

Pemkot tidak menyerah. Kemudian, mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Namun, PT malah memperkuat putusan PN. Upaya kasasi pun juga kandas. Sebab, Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan kasasi yang diajukan pemkot dan pemohon kasasi II, PT Floraya Indah Sentosa.

Pada 26 Nopember 2008, kata Anang, PT SIP meminta agar putusan PN dilaksanakan karena berkekuatan hukum tetap. Namun, pemkot tidak bisa menerima. Pada 23 Februari 2009, pemkot mengajukan peninjauan kembali (PK) kepada Mahkamah Agung (MA) jo Pengadilan Tinggi. Upaya lainnya, wali kota Bambang D.H. pada 23 Maret 2009 mengirim surat kepada kuasa hukum PT SIP. Intinya, pemkot tidak bisa melaksanakan perjanjian pada 17 Februari 1998 lalu. Pemkot juga mengajukan PK kedua.

Terkait penolakan itu, pada14 Mei 2009, PN Surabaya memberi peringatan (aanmaning) pemkot ketika rapat bersama. Saat rapat itu, kuasa hukum pemkot dan PT SIP hadir. Hasilnya, PN Surabaya akan mempelajari dan mempertimbangkan persoalan Kebun Bibit. Berbagai upaya masih dicoba pemkot. Anang mengatakan, pada 22 Mei 2009, Bambang kembali mengajukan permohonan kepada ketua PN Surabaya agar tidak melakukan eksekusi. ''Pemkot belum bisa memenuhi amar putusan PN karena pemkot telah menetapkan perda 7/2002 tentang ruang terbuka hijau," terangnya.

Kasubag Bantuan Hukum pemkot Ekawati Rahayu mengatakan, pemkot tetap meminta agar eksekusi menunggu keputusan PK. ''Meski kami tahu bahwa hasil PK tidak bisa menunda eksekusi. Namun, kami berharap Ketua PN dapat memahami," ujarnya. Apalagi, Kebun Bibit untuk kepentingan masyarakat luas. Karena itu, apapun hasil PK, pemkot akan terus berupaya untuk mempertahankan paru-paru kota tersebut. Menurut perempuan yang akrab dipanggil Yayuk itu, di internal pemkot juga membahas soal relokasi lahan lain yang ditawarkan untuk PT SIP. "Namun, rencana ini belum kami sampaikan ke PT SIP," ujarnya. Pemkot masih menunggu hasil keputusan resmi dari PN. (git/kit/c9/oni)

Rabu, 16 Juni 2010

Argentina-Korea Selatan Berebut Tiket Babak 16 Besar

[ Kamis, 17 Juni 2010 ]

JOHANNESBURG - Satu tiket lolos ke babak 16 besar bisa terkunci malam ini. Kandidat pemiliknya adalah Argentina dan Korea Selatan (Korsel). Dua tim itu bakal bertarung di Stadion Soccer City, Johannesburg (Siaran langsung Global TV pukul 18.30 WIB). Nah, pemenangnya bakal merebut satu di antara dua tiket babak 16 besar dari grup B.

Argentina dan Korsel sama-sama mengawali perjalanan di Piala Dunia 2010 dengan kemenangan. Pada matchday pertama pekan lalu (12/6), Korsel secara meyakinkan menggebuk Yunani dengan skor 2-0, sedangkan Argentina mengalahkan Nigeria 1-0.

Meski sama-sama mengantongi tiga angka, Argentina dan Korsel menyongsong laga itu dengan pandangan yang berbeda. Para Pendekar Taeguk -sebutan Korsel-sangat siap dan percaya diri. Sebaliknya, kemenangan tipis atas Nigeria mereduksi konfidensi skuad Tango, julukan Argentina. Bagaimana tidak, dengan formasi tiga striker di depan, mereka membutuhkan defender Gabriel Heinze untuk memetik satu gol.

"Diego (Maradona) sudah menyiapkan kami untuk menghadapi berbagai situasi," kata Juan Sebastian Veron, gelandang Argentina, seperti dikutip Associated Press. "Heinze bukannya menyelamatkan kami. Sebaliknya, gol itu juga merupakan kreasi Diego. Dia membuat jalan keluar kalau barisan depan mengalami kebuntuan," timpal defender Martin Demichelis.

Meski Maradona sendiri mengakui bahwa timnya membutuhkan perbaikan, dia tidak akan mengubah komposisi pemain yang diturunkan saat melawan Nigeria. Satu-satunya pemain yang diragukan hanya Veron. Pemain pelontos itu cedera betis ringan kala menghadapi Nigeria. Jika kondisinya tidak mungkin untuk menjadi starter, Maradona bakal menggantinya dengan Maxi Rodriguez. "Tidak akan ada kejutan dalam starting eleven," tegas Maradona seperti dilansir AFP.

Artinya, Argentina bakal kembali menurunkan tiga penyerang sekaligus: Lionel Messi, Gonzalo Higuain, dan Carlos Tevez. Hingga saat ini, Messi memang belum menemukan form terbaiknya seperti saat bermain di Barcelona. Dalam laga melawan Nigeria lalu, misalnya, Messi kerap kesulitan menemukan posisi bermain yang pas. Dia juga kesulitan berkomunikasi dengan Tevez dan Higuain. Akibat koordinasi yang buruk itu, banyak peluang gol yang luput.

Meski begitu, Messi tetap menjadi sosok yang menakutkan bagi Korsel. Bintang Korsel Park Ji-sung bahkan menegaskan bahwa Messi adalah prioritas pertama yang mendapat pengawalan.

"Messi adalah keajaiban," ungkap Park dalam wawancara dengan surat kabar Argentina Clarin. "Messi adalah pemain terbaik di Argentina. Sedangkan, Argentina sendiri merupakan salah satu tim terbaik di dunia. Pasti kami mencoba menghentikan dia," papar winger Manchester United tersebut.

Untuk menghadapi Argentina yang bakal bermain agresif, pelatih Korsel Huh Jung-moo berencana mengubah formasi. Skema 4-4-2 yang sukses menekuk Yunani bakal diganti dengan formasi 4-5-1 yang lebih defensif. Menurut Park, itu sangat diperlukan jika ingin mengunci tiket ke babak kedua secepatnya. (na/c6/ca)

---

Perkiraan Pemain

Argentina (4-3-3) : 22-Romero (g); 17-Gutierrez, 2-Demichelis, 13-Samuel, 6-Heinze ; 8-Juan Veron, 14-Mascherano, 7-Di Maria; 11-Tevez, 9-Higuain, 10-Messi

Pelatih : Diego Maradona

Korea Selatan (4-5-1): 18-Jung Sung-ryong (g); 22-Cha Du-ri, 4-Cho Yong-hyung, 14-Lee Jung-soo, 12-Lee Young-pyo ; 17-Lee Chung-yong, 8-Kim Jung-woo, 16-Ki Sung-yong, 7-Park Ji-sung, 10-Park Chu-yong ; 19-Yeom Ki-hun

Pelatih : Huh Jung-moo

Di Atas Kertas

Kedua tim baru dua kali bersua di ajang resmi. Keduanya dimenangkan Argentina. Dua tim tampil dengan kekuatan penuh karena yang menang akan lolos ke babak berikutnya.

Selasa, 15 Juni 2010

Polisi Sita Uang Tersangka Gayus Tambunan Rp 85 Miliar

Diduga Hasil Mafia Pajak

JAKARTA - Satu per satu sindikasi rekayasa kasus mafia pajak diungkap polisi. Kali ini penyidik menemukan aliran dana yang diduga berasal dari tindak korupsi. Kemarin aparat Direktorat III/Pidana Korupsi dan White Collar Crime (Pidkor WCC) menyita uang tersangka Gayus Tambunan Rp 85 miliar lebih.

Sebagian uang itu disimpan di safety box Bank Mandiri, yakni Rp 74 miliar. Sebelumnya, polisi juga menyita uang Gayus Rp 11 miliar. ''Sudah disita pekan lalu di sebuah safety box,'' ujar Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri di Jakarta kemarin. Orang nomor satu di korps Bhayangkara itu memastikan bahwa pengusutan rekayasa kasus Gayus oleh tim independen hampir selesai.

''Tinggal kasus korupsi yang akan ditangani direktorat III,'' kata alumnus Akpol 1974 itu. Menurut Bambang, penyidikan yang menjaring sebelas tersangka tersebut tinggal menunggu pemeriksaan terhadap dua jaksa yang telah ditetapkan sebagai tersangka, yakni Cirus Sinaga dan Poltak Manulang.

Keduanya adalah jaksa peneliti perkara dugaan korupsi pegawai staf Rp 24 miliar di Unit Keberatan Pajak Direktorat Jenderal Pajak. ''Pemeriksaan tentu akan terus berjalan. Sudah ada izin dari jaksa agung. Tinggal teknis penyidik berkoordinasi dengan jaksa untuk menghadirkan beliau-beliau (Cirus dan Poltak),'' ujar Kapolri.

Apakah berarti tim independen yang diketuai Irjen Pol Mathius Salempang akan dibubarkan? ''Belum. Kan prosesnya belum selesai benar. Setelah ini kan ada kasus mafia pajak yang belum diproses,'' ujarnya.

Sebelas tersangka yang diproses hukum itu adalah Gayus Tambunan, Haposan Hutagalung, Andi Kosasih, Alif Kuncoro, Kompol Arafat Ananie, AKP Sri Sumartini, Syahril Djohan, Lambertus Palang Ama, Muhtadi Asnun, Cirus Sinaga, dan Poltak Manulang.

Uang yang disita penyidik tersebut lalu dijelaskan lebih rinci oleh Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang. Menurut Edward, uang yang disimpan Gayus di safety box itu Rp 74 miliar.''Isinya berupa uang tunai dan perhiasan yang berharga,'' ujar Edward.

Uang itu telah disita petugas. ''Kami masih menyelidiki asal usulnya. Diduga memang berasal dari tindak pidana korupsi,'' katanya.

Dalam pengakuan kepada penyidik, Gayus mengatakan ada dana dari beberapa perusahaan sebagai success fee. Polisi baru memeriksa empat perusahaan, yakni PT Surya Alam Tunggal Sidoarjo, PT Exelcomindo, PT Indocement, dan PT Dowell Anadrill Schlumberger. Mereka diperiksa sebagai saksi. ''Kami belum sepenuhnya percaya kepada Gayus. Mungkin saja dia berbohong,'' kata Edward.

Kuasa hukum Gayus Pia Nasution membenarkan adanya penyitaan itu. Namun, Pia tidak mau memberikan keterangan secara rinci. ''Memang ada dan didampingi oleh pengacara (saat disita),'' kata Pia ketika dihubungi.

Edward menjelaskan, uang dan perhiasan senilai Rp 74 miliar tersebut ditambahkan dengan uang Rp 25,6 miliar yang disidik sebelumnya. Jadi dana gelap Gayus di luar aset seperti tanah dan mobil Rp 100 miliar.

Sebelumnya, di antara harta senilai Rp 25,6 miliar, penyidik baru bisa menemukan dan menyita Rp 11 miliar. ''Bentuknya, uang dan surat berharga,'' kata mantan tenaga ahli Lemhanas itu. Jadi, jika digabungkan, uang yang diamankan aparat adalah Rp 85 miliar.

Lantas, ke mana sisa Rp 14,6 miliar? Menurut Edward, itu masih ditelusuri. ''Kami masih memeriksa apakah ada aliran dana ke sejumlah pihak,'' kata Kadispen Polda Metro Jaya 1998 itu.

Gayus memang dikenal licin menyimpan uang. Saat kasusnya kali pertama disidik, pecatan pegawai pajak itu bisa memengaruhi polisi agar membuka blokir uangnya.

Sesaat setelah surat pembukaan blokir diterima, Gayus bergerak cepat. Bahkan, istrinya, Milana Anggraeni, juga dilibatkan. Transfer ke Milana dilakukan beberapa kali. Pertama, Gayus mengirimi istrinya via rekening Bank Panin Rp 900 juta pada 9 Desember 2009.

Gayus kembali memberikan uang kepada istrinya lewat Bank Mandiri. Sebelumnya, rekening Bank Mandiri atas nama Gayus itu menerima transfer Rp 10 miliar dari rekening utamanya di Bank Panin.

Transferan Gayus kepada istrinya lewat Bank Mandiri dilakukan beberapa tahap. Di antaranya, pada 4 Desember 2009 senilai Rp 470 juta, pada 8 Desember 2009 sebesar Rp 450 juta, transfer 9 Desember 2009 senilai Rp 400 juta, pada 22 Desember 2009 sebesar Rp 1 miliar, dan transfer 11 Januari 2010 senilai Rp 450 juta. Uang yang ditransfer ke Milana Rp 3,6 miliar. Rangkaian transfer lain sebagai bagian dari Rp 14 miliar yang belum jelas peruntukannya masih ditelusuri penyidik.

Secara terpisah, seorang penyidik menjelaskan, Gayus selalu menggunakan sistem berlapis dalam menyimpan dana gelapnya. Jika menerima uang yang ''bermasalah'', Gayus tidak menggunakan sistem transfer. ''Dia pantang menerima transfer. Tahu benar kalau itu dilacak,'' kata sumber itu. Gayus adalah alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Dia bahkan pernah kursus anti pencucian uang.

Gayus kepada polisi mengatakan berhubungan dengan beberapa perusahaan tersebut pada 2008. Salah satu di antaranya adalah Bumi Resources pada Februari 2008. Uang USD 500 ribu dari perusahaan itu diantar Alif Kuncoro (sudah ditahan, tersangka) ke apartemen Gayus di Cempaka Mas, Jakarta Pusat.

Begitu juga KPC. Uang dari mereka diantar Alif. Namun, dia tidak mengantarkan ke apartemen tersebut, melainkan ke tempat parkir Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat. Uang dari PT Arutmin itu juga diantarkan Alif untuk Gayus. Uang itu digunakan untuk membayar jasa Gayus setelah membantu Arutmin dalam proses revisi kebijakan pajak untuk sunset policy 2008. Uang diantar ke Apartemen Cempaka Mas.

Semua pengakuan Gayus tersebut dibantah Bumi Resources dan perusahaan lain. Juru bicara Bumi, Dileep Srivastava, membantah keras omongan Gayus dan menganggapnya sebagai upaya untuk memperburuk citra perusahaan itu.

Secara terpisah, Ketua Komisi III (bidang hukum ) DPR Benny K. Harman meminta Polri segera memeriksa perusahaan yang mengalirkan dana gelap kepada Gayus. ''Tidak perlu pakai izin-izin. Periksa saja segera. Saya sudah katakan itu kepada Kapolri,'' ujarnya.

Menurut Benny, pengakuan Gayus soal duit Rp 74 milliar harus segera ditelusuri. Komisi III mendukung langkah Polri untuk memeriksa siapa saja tanpa kecuali. ''Nggak ada itu (intervensi). Kami sudah mendukung Kapolri untuk melakukan langkah hukum apabila memang ada bukti-bukti awal yang kuat,'' katanya.

Benny mengapresiasi langkah Polri yang telah menyita duit Gayus dalam jumlah besar. Duit itu, lanjut dia, patut diduga adalah suap. ''Untuk kepentingan hukum, tidak perlu minta izin,'' katanya. (rdl/c4/iro)

Jumat, 11 Juni 2010

menaikan Page Rank mudah

Bagaimana menaikkan rank alexa? Siapapun anda ketika menemukan artikel ini, jika rank alexa anda sudah dibawah 100 ribuan maka lebih tidak usah membaca artikel ini dan carilah artikel lain dalam blog ini. Tetapi jika rank alexa anda saat ini masih 300 ribuan maka nampaknya masih perlu untuk membaca artikel ini. Mengapa? Karena ketika saya membuat artikel ini rank alexa agussale.com adalah 200 ribuan. Jadi logis kan? Sebenarnya mengenai hal ini telah pernah saya bahas sebelumnya, namun pembahasan dalam artikel ini lebih mendalam dan spesifik.
Pertanyaannya adalah apakah rank alexa penting bagi anda? Dan yang lebih pokok lagi apakah rank alexa blog anda tidur-tiduran? Setiap kali saya mengunjungi sebuah blog maka ada dua yang selalu jadi acuan kualitas saya yaitu Page Rank dan Rank Alexa. Jika sebuah blog sudah mendapat PR-1 pada posisi rank alexa masih 1 juta keatas, maka kesimpulan saya adalah blog ini baclink-nya berkualitas. Tetapi jika rank alexa-nya sudah pada angka 500 ribuan dan masih PR-0 maka kesimpulan saya ada 3 yaitu tidak punya baclink berkualitas, masih terlalu muda, atau sosialisasinya masih kurang . Dua patokan ini sangat penting bagi saya. Keduanya juga biasanya saya gunakan untuk menilai kualitas artikel pada blog yang saya kunjungi.

Sebenarnya membicarakan kenaikan rank alexa sama rumitnya dengan membicarakan Page Rank bahkan sebenarnya sedikit lebih sulit mendapat Rank Alexa 1 daripada Page Rank 10. Mengapa? Karena Rank alexa 1 hanya milik 1 orang artinya persaingan sangat ketat, sedangkan PR-10 bisa dimiliki banyak blog.

Apa yang menjadi acuan Alexa dalam membuat ranking sebetulnya tidak begitu jelas, apa saja yang berpengaruh di dalamnya selain update artikel dan traffic blog. Dengan kenyataan ini maka dibutuhkan analisa berdasarkan pengalaman melalui blog pribadi. Dari hasil kombinasi antara pembahasan yang saya temukan pada blog teman-teman dengan pengalaman pribadi, maka saya mengambil kesimpulan.
Inilah tips dari saya;

1. Dari segi start awal dan lonjakan rangking, ada perlakuan khusus dari alexa terhadap domain dengan hosting berbayar daripada domain gratis. Bagi saya pribadi posisi rank alexa 211.056 ketika tulisan ini saya buat terlalu mudah saya peroleh pada blog agussale.com jika dibandingkan dua blog saya yang lain dengan domain gratis pada usia yang lebih tua tetapi sangat susah memecahkan angka 600 ribu. Pembedaan ini sangat nyata karena satu posisi pada rank alexa hanya diduduki satu blog. Jadi boleh dikatakan Alexa lebih memperhatikan domain berbayar daripada yang gratis, walaupun sangat banyak blog domain gratis yang jauh lebih bagus daripada yang berbayar. Kenyataannya yang berbayar tadi walaupun lebih jelek namun diberi rangking lebih bagus oleh Alexa.
2. Jika dibandingkan antara update artikel dengan traffic sangat nyata bahwa Alexa lebih mengutamakan update artikel. Sebuah blog teman dengan traffic mendekati rata-rata 300/hari dan sama-sama domain berbayar pada wordpress rank alexa-nya masih bertahan pada angka 300 ribu. Sedangakan agussale.com dengan rata-rata traffic hanya 60/hari sudah lebih memecahkan angka 200 ribu malah saya pastikan bahwa akan naik ke angka 100 ribuan pada akhir bulan Mei 2009 ini. Bedanya adalah saya tekun update satu artikel tiap hari sedangkan teman saya ini lebih sibuk blogwalking.
3. Masalah kenaikan rank alexa akan semakin rumit pada blog yang hanya mengandalkan free download software dan ebook tanpa update artikel atau tidak memiliki artikel sama sekali. Namun kerumitan ini bisa diatasi dengan mengejar traffic diatas 500/hari. Kabar baiknya adalah ada sebuah website yang saya kunjungi isinya hanya sales letter, tidak ada artikel tetapi bisa mencapai rank alexa dibawah 50 ribuan tetapi dengan traffic rata-rata 1000/hari.
4. Untuk domain gratis nampaknya persaingan ketat pada posisi alexa rank antara 400-500 ribu. Artinya pada posisi ini kenaikan rangking akan menjadi lambat dan kadang-kadang “tidur-tiduran” walaupun ada update artikel. Jauh berbeda dengan domain berbayar, persaingan ketat akan terjadi jika rangking sudah berada pada posisi puluhan ribu. Sekali lagi nampaknya alexa kurang adil dalam pemberian rangking.
5. Peluang meraih posisi puncak sangat sulit pada Alexa dibanding PR-nya om Google. Untuk menaikkan posisi di mata alexa kita harus bersaing dengan puluhan juta blogger sedangkan pada Page Rank kita tidak bersaing dengan siapa-siapa untuk menduduki PR tertentu. Dengan kenyataan ini saya berani mengatakan bahwa sangat sulit untuk menggeser posisi Google, Yahoo, Facebook dan kawan-kawan dalam 5 tahun ini. Lebih besar kemungkinan bahwa ada blogger Indonesia yang mencapai PR-10 dalam 5 tahun kedepan.
6. Dengan kenyataan seperti point 2 diatas maka jika seorang blogger ingin membuat peningkatan rank alexa yang spektakuler buatlah dua artikel perhari atau minimal satu artikel. Saya yakin jika ini rutin dilakukan selama satu minggu pasti ada perubahan signifikan pada rank alexa.
7. Tetapi saya sudah kehabisan bahan dan semua sudah ada di internet, apalagi yang akan saya tulis? Kalau mau jujur pada diri sendiri ini adalah alasan kuno yang mematikan kreatifitas. Selama kita menganggap bahwa menulis artikel itu penting maka selama itu juga pasti ada topik yang akan kita tulis. Apa contohnya? Tidak perlu anda repot-repot memikirkan apalagi materi artikel, tetapi cukuplah kalau bangun pagi buka internet cari artikel terbaru dan menarik dari blog lain lalu buatlah semacam review pribadi anda mengenai topik tersebut lalu gabungkan dengan asumsi pribadi anda. Selama masih ada internet, selama itu pula jutaan artikel bisa kita buat sesuai kemampuan kita.
8. Secara logis saya berpendapat sebaiknya kita membuat minimal satu artikel tentang alexa dalam blog kita. Untuk apa? Pasti pemilik Alexa akan senang jika dalam suatu blog dia menemukan ulasan tentang alexa. Baiknya juga dipertimbangkan untuk memasang Alexa toolbar dan Alexa widget pada blog.

Dari sekian banyak penyedia layanan yang mencoba memberi rangking pada blog/website nampaknya Rank Alexa masih sangat disegani walaupun tidak seangker Page Rank. Nyatanya bahwa diluar Page Rank-nya om Google ternyata banyak juga blogger yang jenuh karena rank alexa-nya tidur-tiduran. Mungkinkah itu adalah anda? Hehehehe hanya bercanda. Salam sukses!
Pesan pribadi :
Jika blog anda blog PPC tidak perlu pusing dengan Rank Alexa.

Kamis, 10 Juni 2010

Bagaimana Meningkatkan Pagerank dengan backlink

Bagaimana Meningkatkan Pagerank dengan backlink


Backlink masih sangat berpengaruh dalam menaikkan Google Pagerank. Seperti kita ketahui, PR update tiap 3 bulan, walaupun beberapa update terakhir “agak” kurang teratur. Beberapa sumber masih sangat menganjurkan untuk mencari backlink demi meningkatkan PR halaman web.

Berapa banyak backlink yang kamu perlukan untuk mendapatkan PR tinggi? berikut ini tabel perkiraan backlink yang kamu perlukan untuk mendapatkan PR tertentu:

Backlink dari web dengan PR ==>


Misalnya: Kamu pengen dapat PR5, maka kamu memerlukan 18 link dari website dengan PR5 atau 3055 backlink dari website lain dengan PR2. Dengan asumsi tidak lebih dari 10 external link (outbond link) dalam halaman tersebut

Rabu, 09 Juni 2010

melihat pagerank blog

Memiliki Blog dengan Page Rank (PR) yang tinggi merupakan dambaan setiap blogger, iya nggak? Bicara mengenai ranking blog kayaknya saya masih tertinggal jauh, soalnya hingga saat ini belum memiliki peringkat di mana Mbah Google. Namun tahukah Anda sudah berapa peringkat yang dimiliki oleh blog Anda, saya pikir 95% blogger sudah mengetahui cara mengecek page rank dari blognya. Karena banyak website yang dapat digunakan untuk mengetahui berapa rank google dan alexa yang kita miliki.

Karena dengan PR yang tinggi akan berpengaruh terhadap posisi di search engine bila bersaing dengan banyak blog, namun kadang tergantung dari keyword yang Anda gunakan. Walaupun PR blog Anda masih “0″ bila keyword yang dicari tepat, bisa jadi nomor satu juga. Jadi, gunakan saja keyword yang banyak dicari pengguna internet.

Mungkin selain dari para blogger di atas ada yang belum tahu tempat melihat rangking blognya. Untuk itu silakan kunjungi: http://pagerank.info. Kemudian masukkan URL dari blog Anda, dan tekan tombol “Get The Page Rank” maka akan ditampilkan Google PageRank, Alexa Rank, dan rata-rata Backlink yang dimiliki.