GET Money here

CEK PAGERANK ANDA DI SINI

Check Page Rank of any web site pages instantly:
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Senin, 30 Agustus 2010

Operasi Semut Biru yang Menggigit


SALAH satu institusi politik yang patut dicatat kiprahnya di balik kesuksesan pasangan Risma-Bambang adalah Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN) Surabaya. BM PAN adalah onderbouw PAN. Dimotori langsung oleh Ketua DPD BM PAN Surabaya Djono Tehyar, kiprah anak-anak muda PAN yang sering menyebut timnya sebagai ''Semut Biru'' itu tak bisa dianggap enteng dan sangat menggigit.

Yang menarik, pendulum politik ke mana BM PAN ini berayun berbeda dengan induknya, PAN. Partai berlambang matahari biru tersebut memang sejak awal mengusung pasangan Arif Afandi-Adies Kadir. Tak pelak, ketika menggelar deklarasi April lalu untuk mendukung pasangan Risma-Bambang, Djono kerap menjadi sasaran cemoohan dan ancaman. ''Dibilang pilihan yang tidak cerdas, ngelindur, dan ngawur,'' ucapnya.

Bahkan, mosi tidak percaya pun sempat mengancam dirinya. Namun, Djono dan timnya tetap solid dan yakin. Jauh-jauh hari Djono memang sangat yakin dengan Risma. Bahkan, dia pernah mencoba "menjodohkan" Risma dengan Masfuk, bupati Lamongan yang sempat akan running maju dalam pilwali.

Seiring peluang Masfuk yang tertutup karena aturan MK, Djono tetap tak kendur mengusung Risma, meski Risma belum menyatakan maju atau mendapat partai. ''Banyak yang bilang, mustahil Bu Risma jadi wali kota. Kendaraan politik tak ada, popularitas masih belum tinggi, dan dibanding calon lain, Bu Risma jelas tak punya dana,'' tambahnya. Namun, Djono dan tim tetap yakin.

Dengan keyakinan yang kuat itu Djono bertemu tim sukses pasangan Risma-Bambang dan menjadi salah satu bagian dari tim eksternal pemenangan. April lalu, bertempat di Hotel Oval, Rakerda BM PAN Surabaya juga menjadi ajang deklarasi dukungan BM PAN kepada pasangan Risma-Bambang, dan membuat geger jagat politik Surabaya. Maklum, PAN adalah salah satu parpol pengusung utama pasangan Arif Afandi-Adies Kadir. Djono tidak sekadar mengucapkan dukungan politik, tetapi juga melakukan kerja nyata yang cukup berat.

Dia merancang sebuah operasi pemenangan yang diberi nama ''Operasi Semut Biru". Biru merujuk pada warna PAN dan semut sebagai personifikasi dari timnya. Kecil, guyub, tapi sanggup mengerjakan hal-hal berat. (ano/c2/aww)

Minggu, 29 Agustus 2010

Not The Others dan Kaus Fenomenal


Tagline Not The Others sangat terkenal saat kampanye pilwali lalu. Kalimat yang berarti Bukan Yang Lainnya itu tertulis di poster, baliho, atau kaus dengan berbagai ukuran. Menurut Herru Soleh, salah seorang anggota tim pemenangan pasangan Risma-Bambang, kalimat Not The Others mengacu pada calon lain. "Kami ingin melakukan branding sekaligus diferensiasi," jelas Herru.

Sebelum dikenalkan menjadi tagline resmi pasangan Risma-Bambang, Herru mengujinya di komunitas-komunitasnya. Tanggapannya ternyata positif. Kata itu kemudian disosialisasikan ke publik. Tagline tersebut dikenalkan melalui billboard politik dengan ilustrasi gambar kaus bertulisan Risma & Bambang, Not The Others.

Di sinilah kemudian muncul paradoks yang justru menancapkan brand Risma-Bambang di benak warga Surabaya. Semua orang tahu itu iklan politik, tapi semua orang selalu bilang seperti ini. ''Saya tahu itu iklan politik. Kok tidak begitu jelas? Kok pakai bahasa Inggris? Saya tahu maksudnya, tapi bagaimana yang lainnya? Apa mereka paham juga?'' Begitu kira-kira pemikiran orang-orang. ''Itu sudah kami prediksi sebelumnya,'' ucap Herru.

Ayah dua anak tersebut sempat menguji sekitar seratus orang. Dan, jawabannya sama semua. ''Saya sih ngerti itu iklan politik, tapi apa yang lainnya ngerti juga?'' Jawaban itu menunjukkan bahwa semua orang, tanpa kecuali, tahu itu iklan politik. Karena tampilannya yang beda, semua orang justru tanpa sadar memperhatikan dan brand Risma-Bambang menjadi sangat kuat.

Menariknya lagi, justru timbul fenomena unik di kalangan bawah atau massa akar rumput PDIP. Mereka ternyata tak mempermasalahkan tagline yang kem-Inggris itu. Mereka justru mempunyai persepsi sendiri. Mereka membacanya letterlijk. Yakni ''Not te Oters'' (harap dibaca apa adanya, Red). Artinya apa? ''Artine yo sing gak ono gambare (artinya ya yang tidak ada gambarnya, Red),'' kata Jagat Hariseno, ketua tim pemenangan bidang eksternal Risma-Bambang, menirukan jawaban sebagian besar massa akar rumput.

Meski tak tepat, Seno -sapaan Jagat Hariseno- justru membiarkannya. ''Biarlah mereka mempunyai persepsi sendiri. Yang penting militansinya,'' tutur Seno lantas tersenyum. Dan, tagline Bukan Yang Lainnya atau Not The Others betul-betul dipertahankan sehingga menjadi identik.

Itu pula yang menjadikan kaus Risma & Bambang menjadi fenomenal pula. Sekedar diketahui, hingga berita ini ditulis kemarin (20/6), tim pemenangan Risma-Bambang masih kewalahan menerima order permintaan kaus tersebut. Standar berwarna hitam, tulisan putih mencolok, dan desain yang manis membuat kaus tersebut fenomenal. (ano/c9/aww)

Sabtu, 28 Agustus 2010

Pemenang Lelang Tunggu Izin Kemenkeu


SURABAYA - Proses lelang proyek flyover Jalan Pasar Kembang berjalan lambat. Hingga kemarin (23/6) proyek pembangunan jalan layang yang menghubungkan Jalan Diponegoro dengan Pasar Kembang itu masih berada dalam tahap penawaran harga.

Padahal, masa lelang proyek senilai Rp 130 miliar itu dibuka awal Mei lalu. Sedangkan penawaran harga dimulai awal Juni lalu. Tercatat 80 perusahaan berlomba untuk memenangi proyek pembangunan jalan layang tersebut.

Pimpinan proyek di lapangan, Sutoyo, menjelaskan bahwa proses lelang memang lama karena menunggu izin Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Jika izin itu sudah turun, kata Sutoyo, akan diketahui siapa pemenang lelang. ''Itu sudah menjadi tahap yang harus dilewati,'' ungkapnya.

Sutoyo menambahkan, proyek tersebut bukan pekerjaan biasa karena memakai sistem anggaran berlanjut. Artinya, anggaran ditanggung pemerintah selama tiga tahun. ''Jadi, bukan hanya di tahun ini,'' katanya.

Proyek milik Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tersebut diharapkan bisa mengurangi kemacetan di persimpangan Jalan Diponegoro-Jalan Pasar Kembang-Jalan Banyu Urip. Saat ini hampir setiap hari terjadi kemacetan di persimpangan tersebut. (riq/c13/aww)

Jumat, 27 Agustus 2010

Serunya Bikin Film Adaptasi


SURABAYA - Beberapa tahun terakhir, film adaptasi mejadi tren di kalangan para pembuat film. Tak jarang film yang diadaptasi dari sebuah karya sastra maupun kisah nyata mendapat penghargaan di berbagai ajang festival film. Untuk itu, LA Lights dan SET Film mengadakan LA Lights Indie Movie 2010.

''Tahun ini merupakan perhelatan yang keempat dengan tema dan gaya yang lebih fresh,'' ungkap Festival Manager LA Lights Indie Movie 2010 Aletheia Fira kemarin (23/6).

Dia menjelaskan, kompetisi film indie tersebut akan diadakan di empat kota. Yakni, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Jogjakarta. Di Surabaya, acara dilangsungkan pada 3-4 Juli mendatang di Gedung Telkom, Jalan Ketintang.

Menurut Fira, even kali ini menawarkan konsep segar dalam dunia film independen dengan mengangkat tema adaptasi. Yang dimaksud adaptasi adalah mengubah sebuah karya sastra berupa cerita pendek (cerpen) untuk dijadikan sebuah film pendek. ''Tema tersebut dijadikan pilar utama kompetisi bagi pembuat film pemula ini,'' ungkapnya.

Sementara itu, tema pop culture, kata Fira, berfungsi sebagai elemen penyegar. Cara unik tersebut diharapkan mampu menggugah imajinasi kreativitas dan semangat anak-anak muda dalam mengapresiasikan karya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, even tahun ini akan dimulai dengan workshop film dan seleksi ide cerita dari peserta. Akan hadir dalam acara tersebut beberapa pembuat film yang cukup terkenal. Di antaranya, KIM Sung-Ho, filmmaker dari Korea Selatan; Garin Nugroho; Lintang Pramudya Wardani; Riri Riza; Hanung Bramantyo; dan Salman Aristo. ''Mereka nanti memberikan workshop dan menilai ide peserta,'' kata Fira.

Mereka juga akan memilih 10 peserta dari empat kota untuk membuat film indie. Namun, pembuatannya tidak sembarangan tanpa memperhatikan pakem-pakem yang sudah ada, melainkan secara profesional dengan didampingi para pekerja film yang sudah berpengalaman.

Fira menambahkan, selain workshop dan pitcing ide film, akan ada seminar animasi. (dan/c5/aww)

Kamis, 26 Agustus 2010

Isi Liburan dengan Belajar Dandan


SURABAYA - Berdandan untuk mempercantik penampilan bukan barang baru bagi perempuan. Namun, meski terlihat mudah, banyak yang menyatakan tidak bisa berdandan. Alasannya beragam. Antara lain, takut terlihat menor atau malah terkesan lebih tua daripada usia sebenarnya. Kemarin (23/6) ketakutan tersebut diatasi Vanny Diana dari Clarins. Dia berbagi tip berdandan khusus untuk para remaja perempuan di Jayanata.

Menurut Vanny, kunci penting tata rias ada pada kondisi kulit. Ini menyangkut cara membersihkan wajah dan intensitasnya. "Kalau kulit wajah bagus, make up dioles tipis saja sudah terlihat," katanya. Dia lantas memberikan contoh membersihkan wajah yang benar. Kapas yang diolesi pembersih diusapkan ke wajah. Kapas diarahkan menyamping, bukan ke bawah agar kulit tidak kendur.

Setelah kulit bersih, baru bahan make up diaplikasikan. Mulai foundation, bedak, eye shadow, sampai dengan blush on dan lipstik. Kalau ingin sedikit glamor, riasan bisa fokus pada mata. Misalnya dengan teknik smokey eyes. Vanny mengatakan, remaja lebih baik memilih warna natural. Olesannya juga jangan terlalu tebal. "Itu adalah tips berdandan sesuai dengan usia," katanya.

Acara yang bertajuk Holliday Make Up Lesson tersebut diikuti sekitar 55 peserta. Rentang usianya bermacam-macam. Mulai SMP sampai dengan yang sudah bekerja. Menurut Fally Sipasulta, marketing manager Jayanata, acara belajar berdandan tersebut akan dilangsungkan selama empat hari hingga 26 Juni mendatang. "Mumpung liburan, kan pelajar cewek mungkin ingin belajar dandan," katanya. (any/c1/aww)

Rabu, 25 Agustus 2010

Per 1 Juli Polwiltabes Jadi Polrestabes


Restrukturisasi agar Polisi Lebih Dekat dengan Masyarakat

SURABAYA - Agenda restrukturisasi di Polwiltabes Surabaya tidak bisa ditawar lagi. Per 1 Juli mendatang, polwiltabes sudah harus dilikuidasi. Pun demikian tiga polres di wilayah Surabaya. Yakni, Polres Surabaya Selatan, Surabaya Utara, dan Surabaya Timur. Di Surabaya nanti berdiri polrestabes.

Penegasan tersebut disampaikan oleh Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang di Royal Plaza kemarin. "Polwiltabes harus dilikuidasi agar polisi semakin dekat dengan masyarakat," tegasnya.

Dengan likuidasi itu, lebih banyak anggota yang ditempatkan di sektor-sektor, bahkan subsektor. Tapi di Surabaya, anggota lebih dikonsentrasikan di sektor atau polsek.

Dengan begitu, aparat bisa semakin dekat dalam melayani masyarakat. Setiap tindakan yang mengganggu ketertiban masyarakat juga bisa segera ditangani. "Selain itu, tentu ada alasan lain," papar Edward.

Alasan lain, satuan kepolisian harus sesuai dengan tatanan pemerintahan. Nah, polwiltabes sudah tidak relevan lagi jika disesuaikan dengan hal tersebut. Sebab, saat ini sudah tidak ada tatanan pemerintahan karesidenan.

Setiap daerah kini menjalankan pemerintahan sendiri dengan dipimpin bupati atau wali kota. "Mengacu itu, polwiltabes harus dilikuidasi. Untuk kota besar seperti Surabaya, satuan kepolisian tertinggi adalah polrestabes," terang dia.

Sesuai dengan deadline dari Mabes Polri, likuidasi itu harus selesai pada 1 Juli nanti. Per tanggal tersebut, polwiltabes sudah harus diubah menjadi polrestabes. Tiga polres yang berdiri sebelumnya harus dihapus dan dilebur ke polrestabes.

Dia memaparkan, perubahan tersebut juga bertujuan memudahkan perhatian polisi terhadap lalu lintas. Menurut pria dengan dua bintang di pundak itu, Mabes Polri nanti membuat tiga korps. Korps pertama tentu saja Brimob, yang sudah ada selama ini.

Dua lainnya adalah korps antiteror dan lalu lintas. "Kekhawatiran terbesar saat ini kan tentang terorisme dan narkotika. Untuk narkotika, kita kan sudah punya BNN. Kondisi lalu lintas juga memerlukan perhatian ekstra," ujar dia.

Karena itu, dua korps baru tersebut bakal didirikan. Bukan saja di pusat, tapi juga di tingkat daerah. "Surabaya tentu juga akan menjadi perhatian untuk itu." ucap dia. (fim/c11/aww)