JAKARTA - Partai Golkar dan ormas Nasdem (Nasional Demokrat) mulai bergesekan secara terbuka. Golkar kemarin mengultimatum para kadernya agar keluar dari kepengurusan ormas yang dibentuk oleh Surya Paloh itu.
Partai berlambang beringin tersebut mengambil keputusan itu karena melihat Nasdem bersiap menjadi parpol serta tengah berusaha merekrut kader Golkar untuk bergabung. "Tak boleh ada keanggotaan ganda di organisasi yang bercita-cita menjadi parpol. Jadi, jangan terjebak," ujar Idrus Marham, sekretaris jenderal Partai Golkar, dalam keterangan di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, kemarin (23/6).
Menurut Idrus, manuver yang dilakukan Nasdem mirip dengan pola sebuah parpol dalam menjaring dukungan. Langkah Nasdem itu dianggap mengganggu eksistensi partai berlambang beringin tersebut di akar rumput.
Secara terbuka, Idrus menyatakan kecurigaan bahwa yang dilakukan Paloh sebagai persiapan Nasdem pada Pemilu 2014. "Di beberapa daerah, faktanya pendekatan dilakukan Nasdem sehingga pengurus Golkar juga jadi pengurus Nasdem. Kami yakin pendekatan mungkin saja dilakukan dengan memakai atribut Golkar," sorot Idrus.
Menurut Idrus, sejak awal pembentukan, Nasdem sarat muatan politik. Misalnya, deklarasi Nasdem dilakukan besar-besaran dengan merekrut sejumlah tokoh-tokoh nasional. Namun, yang lebih penting lagi, Nasdem itu dibentuk Paloh pasca kekalahannya di musyawarah nasional Golkar pada 2009. "Jadi, bisa ditafsirkan sebuah bentuk kekecewaan," ujarnya.
Dia menegaskan, Nasdem sangat berbeda jika dibandingkan dengan ormas Golar, seperti SOKSI, MKGR, dan Kosgoro. Masing-masing ormas itu memiliki AD/ART yang jelas, yakni sebagai wadah komunikasi spesifik di antara anggota. "Tidak bisa disamakan sama sekali, jangan terjebak," tegasnya.
Di tempat yang sama, Wasekjen DPP Partai Golkar Nurul Arifin menilai langkah penjaringan dukungan yang dilakukan Nasdem tidak etis. Sebab, mayoritas struktur dan jaringan Golkar di level bawah diajak untuk bergabung dengan Nasdem. "Kami mengimbau pimpinan Nasdem untuk tidak lagi menggunakan pola (merekrut jaringan Golkar) seperti itu lagi," kata Nurul.
Sikap tegas Golkar itu bukan tanpa alasan. Nurul menyampaikan sejumlah bukti bahwa pengurus Nasdem sengaja diambil dari pengurus Golkar. Salah satu polanya adalah manuver Nasdem yang memanfaatkan infrastruktur Golkar sebagai sarana perekrutan. "Karena infrastruktur yang ada adalah infrastruktur Golkar, jelas banyak anggota kami yang masuk. Kami tidak memahami alasannya," keluhnya.
Meski merasa kecewa berat terhadap manuver Nasdem, Partai Golkar menentukan sikap toleran untuk kader yang telanjur masuk ke Nasdem. Partai Golkar masih memberikan kesempatan kepada kadernya untuk melepaskan kepengurusan Nasdem dan tetap menjadi bagian dari Golkar. "Ini aturan internal kami, dimulai dulu dengan pencerahan (kepada kader)," ujarnya.
Partai Golkar tidak akan segan-segan untuk menindak para pelanggar. Tidak hanya kepada kader pembelot, termasuk juga Nasdem yang terus mencoba berafiliasi dengan Partai Golkar. "Kami akan membuat aturan tegas bagi yang melanggar AD/ART partai," katanya.
Ketua Pengurus Pusat Nasdem Ferry Mursyidan Baldan mengatakan heran atas munculnya imbauan tersebut. Dengan nada menyindir, dia menyebut dari segi substansi, imbauan itu sangat memalukan. Sebab, Nasdem yang dideklarasikan di Jakarta pada 1 Februari 2010 tersebut bukan sebuah parpol, melainkan hanya ormas.
''Aturan main yang ada itu mengatur pelarangan rangkap keanggotaan parpol. Tidak ada yang mengatur pelarangan antara parpol dan ormas,'' kata mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar itu.
Ferry lantas mengingatkan bahwa hampir semua fungsionaris dan pengurus Partai Golkar justru berasal dari ormas tertentu. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang kini tengah merangkap jabatan di ormas masing-masing.
Ferry menambahkan, kalau petinggi Partai Golkar masih mengakui kader-kadernya yang kini terpencar, seharusnya ditempuh langkah yang lebih elegan melalui komunikasi dan dialog. Dia merasa tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan bahwa suatu saat Nasdem bermetamorfosis menjadi parpol. (bay/pri/c6/tof)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar